Sukses

6 Tokoh Penting Perjalanan Sejarah Surabaya Dimakamkan di Kembang Kuning

Di Kota Surabaya, Jawa Timur terdapat kompleks makam Kembang Kuning yang berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Akan tetapi, kompleks makam ini masih berfungsi hingga sekarang.

Liputan6.com, Surabaya - Di Surabaya, Jawa Timur terdapat kompleks makam Kembang Kuning yang berdiri sejak zaman kolonial Belanda. Akan tetapi, kompleks makam ini masih berfungsi hingga sekarang.

Meski kompleks makam mungkin terkesan menakutkan dan menyeramkan, menarik perhatian penulis buku Dhahana Adi untuk mengulas tokoh-tokoh sejarah yang disemayamkan di kompleks makam tersebut. Ia menuangkannya dalam karya berjudul Surabaya Punya Cerita Volume 1. Pada salah satu bab buku tersebut berjudul menelusuri yang merebah di kembang kuning.

Dalam ulasannya disebutkan, kalau ada sejumlah tokoh yang merupakan bagian darisejarah Surabaya disemayamkan di komplek makam yang dahulunya digunakan untuk warga Belanda dan Eropa lainnya.

Seperti dikutip dari buku Surabaya Punya Cerita Volume 1 berikut tokoh-tokoh yang disemayamkan di makam yang dikenal dengan Cemoro Sewu.

1. Ayub Abdul Djalal

Ayub Abdul Djalal dikenal sebagai pelawak Indonesia pada era 1970-an. Ia bersama teman-temannya membentuk grup pelawak “Surya Grup” yang terdiri dari Herry Kokok, Suprapto (Esther), Sunaryo (Susy) pada 1974.

Djalal juga pernah mengajar di SKKP Negeri Surabaya pada 1967-1976. Pada 1975, ia terjun ke dunia film sebagai figuran. Berkat mendapatkan peran utama di film Inem Pelayan Sexy mendorong kariernya melejit. Meski aktif di film, ia juga aktif mengadakan pertunjukan-pertunjukan ke daerah-daerah maupun di televisi.

2.Alfred Emille Rambaldo

Ia salah satu perintis perjalanan udara pertama. Ia menemukan dan mengembangkan alat transportasi udara antara 1908-1911 dengan menggunakan balon udara bermesin. Usianya masih belia saat mengenalkan dunia penerbangan ke Hindia Belanda pada 29 tahun. Ia lahir di Rembang, Pasuruan.

Rambaldo mengawali karier sebagai serdadu angkutan laut. Akan tetapi, akhirnya ia tertarik mengembangkan teknologi terbaru dari Eropa, yaitu perjalanan udara, alat transportasi yang belum dikenal di Hindia Belanda.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Martinus Lodewijks

3.Martinus Lodewijks Kerdijk

Martinus Lodewijks Kerdjik akrab dipanggil Tino Kerdijk oleh orang-orang Surabaya pada saat itu. Tak banyak orang mengetahui Tino Kerdijik. Namun, di bawah gemblengannya, lahir beberapa musisi handal Surabaya dan Indonesia antara lain Mus Muljadi, Dara Puspita, dan Leo Kristi.

Arek Suroboyo lahir pada 1 Juli 1921 ini merupakan perintis sekolah musik di Surabaya. Kecintaan dan dedikasinya terhadap musik klasik dan Surabaya mengantarkan dirinya dapat disebut sebagai salah satu legenda musik klasik Surabaya.

4.Everdina Bruring

Everdina Bruring bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Blora. Ia bekerja di rumah sakit tersebut untuk mengobati kesendiriannya setelah ditinggal suami pada 1917. Sementara itu, Dr Soetomo juga baru saja dari Sumatra dipindahtugaskan di Blora.

Everdina dan Dr. Soetomo pun jatuh cinta. Sayang sekali, pihak keluarga Everdina dan keluarga serta teman-teman seperjuangan Dr Soetomo menentang kisah cinta pasangan itu.Meski demikian, cinta mereka bertahan dan akhirnya menikah.

Saat Dr.Soetomo mendapat tugas belajar selama empat tahun di Belanda, teman-teman Dr. Soetomo yang juga mahasiswa Indonesia sering bermain ke rumahnya karena menikmati masakan Ny.Everdina Soetomo berupa nasi goreng, rendang, soto dan masakan Indonesia lainnya.

Sepulang dari Belanda, Dr Soetomo diangkat menjadi dosen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di NIAS (Nederland Indische Artsen School) Surabaya, Jawa Timur. Kemudian memimpin berbagai organisasi dan membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra). Keduanya tetap merasakan bahagia meski tak dikarunia anak.

Ny Dr.Soetomo jatuh sakit dan beristirahat di daerah sejak Claket, Malang. Meski sakit, Ny Dr. Soetomo masih aktif di kegiatan sosial di Malang dan di sela-sela kesibukannya, Dr Soetomo secara rutin, dua minggu sekali menjenguknya. Pada 19 Februari 1934 jam 09.10 pagi, Ny Dr Soetomo menghabiskan nafas terakhir di pangkuan sang suami.

3 dari 3 halaman

G.Cosman Citroen

5. G.Cosman Citroen

Ia adalah seorang arsitek kolonial Belanda generasi kedua setelah tahun 1900 di Surabaya, Jawa Timur. Citroen juga memakai gaya arsitektur modern yang sedang melanda Eropa saat itu. Karya utamanya Balai Kota Surabaya yang menunjukkan Citroen mencoba menggabungkan gaya arsitektur modern dengan iklim serta bahan dan teknologi yang khas. Dari karya Citroen dapat melihat perkembangan arsitektur kolonial di Surabaya pada 1915-1940.

6.Godfried Hariowald von Faber

Godfried Hariowald vonn Faber seorang warga Surabaya berkebangsaan Jerman. Ia pendiri lembaga kebudayaan Stedelijk Historisch Museum Soerabaia. Lembaga ini awalnya hanya memamerkan koleksinya, dalam suatu ruang kecil di Readhuis Ketabang.

Atas kemurahan hati seorang janda bernama Han Tjong King, museum dipindahkan ke Jalan Tegalsari yang memiliki bangunan lebih luas. Seiring perjalanan waktu, masyarakat pemerhati museum berinisiatif untuk memindahkan museum ke lokasi lebih memadai bertempat di Jalan Pemuda Nomor 3 Surabaya (sekarang SMA Trimurti).

Tata ruangan museum ini mempunyai suatu ruangan koleksi, perpustakaan, ruang kantor dan auditorium. Untuk penyempurnaan museum yang dipimpinnya, Von Faber banyak mengadakan hubungan internasional. Namun, sebelum cita-citanya tercapai, Von Faber meninggal pada 30 September 1955.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.