Sukses

Hidup Rukun, Tempat Ibadah Beda Agama Ini Dibangun Berdampingan di Surabaya

Komplek perumahan di Surabaya, Jawa Timur, ini menarik perhatian publik akhir-akhir ini.

Liputan6.com, Jakarta - Komplek perumahan di Surabaya, Jawa Timur, ini menarik perhatian publik akhir-akhir ini. Hal tersebut lantaran enam tempat ibadah agama dibangun berdampingan di satu kompleks perumahan.

Ketua Forum Komunikasi Antar Rumah Ibadah, Indra Prasetyo, menuturkan saat tinggal di komplek perumahan Royal Residence, Wiyung, Surabaya Barat, sekitar 2010 belum ada tempat ibadah. Kalau ibadah pergi ke luar komplek perumahan. Kemudian pada 2014, Indra menuturkan, masyarakat mengajukan kepada manajemen untuk membangun rumah ibadah.

"Selanjutnya beriring waktu beli kavling untuk dibangun rumah ibadah. Manajemen memberi lahan. Kami warga berkumpul kemudian sepakat untuk membangun enam rumah ibadah dari masing-masing agama, kebetulan ,"ujar Indra saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (23/7/2019).

Ia menuturkan, tempat ibadah tersebut berasal dari enam agama, yakni masjid, wihara, pura, kelenteng, gereja bagi umat Kristen Protestan dan Katolik. Kemudian sepakat dibangun berjajar dan berjarak hanya tiga meter. Waktu pembangunan rumah ibadah itu pun berbeda-beda.

"Ada yang mulai dibangun 2016, 2017, dan 2018, jadi tidak sama. Harapannya 2019 semua sudah (beres-red)," kata dia.

Indra menambahkan, biaya pembangunan tempat ibadah tersebut memiliki masing-masing panitia pembangunan. Panitia tersebut mencari sumbangan, baik dari warga, komunitas dan pemerintah.

Kemudian warga komplek perumahan di daerah Wiyung, Surabaya juga sepakat untuk membangun Forum Komunikasi Antar Umat Ibadah (FKRI). Indra pun ditunjuk sebagai Ketua FKRI.

"Forum ini sebagai silaturami. Jadi misalkan kalau ada acara maulid bisa disampaikan ke forum, nanti disampaikan ke masyarakat atau umat agama lain, sehingga tidak saling terganggu. Demikian juga nanti kalau ada yang natalan. Jadi saling dikomunikasikan. Kami sepakat forum ini pengurusnya warga asli sini biar sama-sama tahu kepentingan karena ingin aman dan nyaman bagi masyarakat kompleks perumahan," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Surabaya Jadi Rujukan Malaysia Belajar Tata Kelola Kota

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) memaparkan sejumlah pencapaian oleh Pemerintah Kota Surabaya, salah satunya mengenai rumah susun (rusun) saat terima kunjungan tamu Menteri Perumahan dan Kerajaan Tempatan Malaysia beserta delegasi pada Minggu, 21 Juli 2019.

Saat bertemu delegasi Malaysia, Risma menyampaikan, di Indonesia termasuk Surabaya ini, status tanah kekuatan ada di tangan rakyat bukan pemerintah. Kemudian jika ingin dilakukan penertiban atau pelebaran jalan, harus dibantu atau diturunkan surat keputusan (SK) Wali Kota. Hal semacam itu yang dinilai dapat mempercepat atau memperlambat proses pengerjaan.

"Saya harus membuat SK Wali Kota agar tidak ada kesalahpahaman dengan warga. Memang biasanya pelebaran jalan itu prosesnya paling lama ada di pelepasan lahan itu sendiri,” kata dia, Senin, 22 Juli 2019.

Risma menuturkan, di Surabaya juga memiliki perkampungan di tengah kota. Menurut dia, hal ini merupakan bagian dari keindahan kota, asal dijaga dan dilakukan perawatan.

Dahulu ikon perkampungan memang identik kumuh, kotor, dan tidak nyaman huni. Berbeda dengan sekarang, perkampungan  yang ada di Surabaya semakin tertata dan indah.

"Sebagai contoh kawasan Banyuurip itu sekarang sangat rapi dan bersih. Itu karena partisipasi dari warga dan pengelolaannya memang harus dijaga. Jadi perkampungan ini juga menjadi bagian dari icon kota yang tidak boleh hilang,”  tutur dia.

Sementara dalam pengelolaan rusun, Pemkot Surabaya membuat sistem baru. Dalam setiap rusun sudah difasilitasi perlengkapan rumah tangga, sehingga warga yang tinggal di situ tidak perlu khawatir. Bahkan, biaya sewanya sangat terjangkau bagi masyarakat dari penghasilan di bawah rata-rata.

"Paling mahal biaya sewa kami hanya Rp 90 ribu bapak-ibu. Kami juga membuat komitmen dengan penduduk yang tinggal di sana kalau ekonominya sudah baik, saya minta untuk pindah,” terangnya.

Komitmen itu memang benar nampaknya, sebab dalam paparan tersebut juga dijelaskan tiap satu bulan terdapat tim yang melakukan survei. Apalagi, warga sekitar dan penghuni antar rusun juga saling memantau tetangganya. "Biasanya mereka yang sudah punya mobil itu kami minta pindah, karena ekonominya membaik," ucapnya.

Pertemuan dengan perwakilan kota-kota dari Malaysia ini berlangsung hidup. Terbukti, pertanyaan demi pertanyaan silih berganti untuk terus mengetahui perkembangan Surabaya.

 

3 dari 3 halaman

Malaysia Berikan Apresiasi

Menteri Perumahan dan Kerajaan Tempatan Negara Malaysia, Zuraida Kamaruddin, memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Wali Kota Surabaya.

Ia menilai, sosok perempuan pemimpin kota besar dengan jumlah penduduk yang padat, dapat melahirkan kebijakan yang mengubah Surabaya seperti sekarang. Hal ini menjadi salah satu sebab pihaknya ingin belajar dari ide-ide Risma.

"Kepada Bu Risma saya kagum dengan pengelolaan beliau yang sangat berdedikasi dan komitmen yang tinggi. Memimpin kota yang besar dengan 3,3 juta penduduk di kota Surabaya,” kata Zuraida.

Sebelum berkunjung ke Surabaya, ia banyak mendengar perkembangan Kota Pahlawan ini yang tumbuh pesat. Salah satunya adalah terkait pengelolaan masyarakat, rusun dan perkampungan menggiring.Pihaknya ingin belajar di Surabaya.

"Saya mau pelajari bagaimana strateginya dan kami coba untuk mengkorelasikan dengan keadaan di Malaysia, untuk nantinya kami terapkan," kata dia.

Dia menuturkan, di Malaysia memang sudah banyak rusun, tetapi pengelolaannya masih di peringkat kerajaan. Pihaknya ingin mencoba agar masyarakatnya mampu mengelola sendiri seperti yang terjadi di Surabaya. Bahkan menurut dia, pengelolaan sistem smart city di Surabaya sebuah high technology. Karena itu kemudian pihaknya ingin agar sistem itu juga bisa diimplementasikan di Malaysia.

"Saya lihat perkembangannya sangat pesat. Ide-idenya bagus, saya kira boleh diadaptasikan dan disesuaikan dengan Malaysia. Cara itu yang akan menurunkan anggaran pembelanjaan. Ini sedang saya lihat bagaimana caranya untuk diadaptasikan di Malaysia,” pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.