Sukses

Ketua DPRD Surabaya Armudji Siap Gandeng Eri Cahyadi pada Pilkada 2020

Ketua DPRD Kota Surabaya, Armudji menyatakan, siap menggandeng Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi untuk maju pada Pilkada Surabaya 2020.

Liputan6.com, Surabaya - Ketua DPRD Kota Surabaya, Armudji menyatakan, siap menggandeng Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi untuk maju pada Pilkada Surabaya 2020.

"Saya siap berpasangan dengan Eri Cahyadi dan saya juga siap mundur jika nanti sudah dilantik sebagai anggota DPRD Jatim," kata Armudji kepada Antara di Surabaya, Kamis.

Armudji menuturkan, keinginannya maju Pilkada Surabaya karena namanya bersama Eri Cahyadi masuk dalam survei internal yang digelar DPP PDI Perjuangan.

Keputusan menggandeng Eri Cahyadi karena Eri merupakan birokrat sukses yang merupakan representasi dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Mengenai posisi calon wali kota (cawali) atau wakil wali kota (cawawali) Surabaya, Armudji mengatakan pihaknya akan melihat perolehan dari survei selanjutnya.

"Jika surveinya tinggi Eri Cahyadi, maka saya siap jadi cawawalinya," ujar dia.

Saat ditanya mengenai keputusan maju di Pilkada Surabaya begitu cepat karena dirinya tidak masuk dalam kepengurusan DPD PDI Perjuangan Jatim, Armudji menegaskan hal itu tidak ada urusannya dengan masuk dan tidaknya dirinya di kepengurusan DPD PDIP Jatim.

"Bukan soal itu. Ini saya sudah diminta kirim foto oleh DPP PDI Perjuangan," kata dia.

Armudji merupakan DPRD Jatim dari PDI Perjuangan terpilih peraih suara terbanyak di Dapil Jatim 1 (Surabaya) pada Pemilu 2019. Berdasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu Legislatif 2019 di Surabaya yang dilaksanakan KPU Surabaya pada 30 April-8 Mei, untuk perolehan suara caleg DPRD Jatim Dapil Jatim 1 (Surabaya) tertinggi Armudji dengan 136.308 suara, Aghata Retnosari (PDIP) 67.339 suara, Arif Hari Setiawan (PKS) 34.797 suara, Blegus Prijanggono (Golkar) 29.591 suara, Syamsul Arifin (PKB) 28.727, dan Hartoyo (Demokrat) 27.068 suara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cucu Soekarno hingga Bupati Trenggalek Berpeluang Gantikan Risma

Sebelumnya, Direktur Surabaya Consulting Group (SCG), Didik Prasetiyono menganalisis dan memprediksi mengenai sejumlah tokoh yang berpeluang menggantikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) di Pemilihan Wali Kota Surabaya pada 2020.

Menurut Didik, jawaban dari pertanyaan tersebut bisa diketahui dari aspirasi yang dibawa dua kunci penting PDIP di Surabaya, yaitu Tri Rismaharini dan Bambang DH. Risma dikenal dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Pilihan Risma akan menjadi pertimbangan penting bagi pengambilan keputusan DPP PDIP.

"Siapa yang mendapat approval dari Risma bisa mendapat perhatian DPP PDIP. Demikian pula sebaliknya," tutur dia, Selasa, 23 Juli 2019.

Adapun Bambang DH, sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu dan walikota Surabaya 2 periode, punya posisi strategis dalam pengambilan keputusan DPP PDIP. Pertimbangan-pertimbangannya juga akan menjadi rujukan bagi Megawati dalam memilih kandidat di Pilwali.

Didik menganalisis, sejauh ini ada enam nama kandidat yang berpeluang diusung DPP PDIP. Pertama, Whisnu Sakti. "Whisnu adalah kandidat internal yang saat ini berada paling atas, baik secara popularitas maupun elektabilitas," ujarnya.

Kedua, Puti Guntur Sukarno. Cucu Bung Karno ini terpilih dengan 139.794 suara di Dapil DPR RI Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) yang merupakan modal cukup kuat sebagai kandidat. ”Bila meneruskan tradisi walikota Perempuan, Mbak Puti merupakan kandidat yang bisa menjadi kejutan,” kata Didik.

Ketiga, Armudji. Ketua DPRD Kota Surabaya ini terpilih dengan 136.308 suara di DPRD Jatim Dapil Jatim I (Surabaya). Perolehan itu tertinggi di Dapil Jatim I. "Pengalaman dan kemampuan elektoral menjadi daya tawar Armudji," kata Didik.

Keempat, Mochamad Nur Arifin. Kandidat ini akan muncul jika DPP PDIP mempertimbangkan usia sebagai faktor dalam merebut elektoral. "Bupati Trenggalek ini dikenal dekat dengan elit DPP, berpeluang menjadi kandidat alternatif bila terjadi kebuntuan pada nama-nama yang beredar," ujar dia.

Kelima dan keenam masing-masing Hendro Gunawan serta Eri Cahyadi. Keduanya birokrat yang cukup menonjol di Pemkot Surabaya.

"Bila DPP PDIP mempertimbangkan rekam jejak Risma yang sebelumnya juga birokrat, Hendro dan Eri akan menjadi alternatif," kata Didik.

 

3 dari 3 halaman

Langkah Kejut PDIP

Sebelumnya, DPP PDI Perjuangan (PDIP) dinilai mampu memainkan langkah kejut yang efektif dalam menyambut pemilihan walikota (Pilwali) Surabaya yang bakal digelar 2020.

"Layaknya permainan catur, langkah yang dilakukan DPP PDIP penuh kejutan dan belum terbaca terang strategi apa yang sebenarnya ingin dimainkan dalam menyongsong Pilwali 2020. Langkah kejut telah dimulai dengan pergantian kepengurusan DPC PDIP Surabaya," ujar Direktur Surabaya Consulting Group (SCG), Didik Prasetiyono.

Mantan komisioner KPU Jatim itu mengatakan, bagaikan pembukaan ”Gajah Raja” di permainan catur di mana ”Gajah Putih” dimainkan agar secara cepat bisa menekan sayap kubu lawan, DPP PDIP mengganti jajaran kepengurusan DPC PDIP Surabaya.

Menurut Didik, langkah kejut itu bisa dimaknai dengan dua kemungkinan. Pertama, mengacaukan fokus lawan. Lawan politik PDIP digiring kepada pemikiran bahwa DPP PDIP punya ”kehendak lain” dalam Pilwali dengan tidak lagi meletakkan Whisnu Sakti Buana sebagai Ketua DPC lagi.

"Fokus pemetaan lawan politik akan pecah kepada pertanyaan-pertanyaan, ’Kalau bukan Mas Whisnu, lalu siapa?’ Di sini terlihat permainan politik DPP PDIP canggih dan tidak bisa ditebak," papar Didik.

Kedua, justru memberi ruang Whisnu lebih luas. Perubahan komposisi DPC PDIP Surabaya akan membuat Whisnu langsung bergegas fokus sebagai petahana untuk meningkatkan elektabilitas.

"Mas Whisnu memiliki waktu yang lebih luas untuk berperan sebagai Wakil Walikota dan intens bertemu rakyat. Sementara partai ditangani oleh Adi Sutarwijono yang juga dikenal piawai melakukan politik publik," ujar dia.

Di Surabaya, lanjut Didik, PDIP memiliki tradisi menang yang panjang dalam pertarungan Walikota. Torehan perubahan kota sejak periode Bambang DH dan Tri Rismaharini membikin Surabaya lekat dipersepsikan sebagai ”kandang banteng”.

"Paduan tradisi menang dan langkah kejut DPP PDIP semakin memusingkan lawan-lawan politik yang dari pemilu ke pemilu ingin mendongkel dominasi PDIP di Surabaya," ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.