Sukses

PAL Indonesia Fokus Produksi Kapal Perang, Mengapa?

PT PAL Indonesia masih fokus memproduksi kapal perang dibandingkan pembuatan kapal niaga. Hal ini karena bisnis pembangunan kapal niaga yang lesu.

Surabaya - PT PAL Indonesia masih fokus memproduksi kapal perang dibandingkan pembuatan kapal niaga. Hal ini karena bisnis pembangunan kapal niaga yang lesu.

Direktur Pembangunan Kapal PT PAL Indonesia, Turitan Indaryo menuturkan, saat ini kebutuhan kapal perang lebih dominan dari kapal niaga. Porsi pembuatan kapal perang sudah mencapai 80 persen.

"Kebutuhan sekarang kapal perang lebih dominan. Jadi kita agak mengurangi porsi yang niaga. Yang pesan kapal perang banyak dari TNI dan Kemenhan. Kita juga mau development tender region Asia,” tutur Turitan, Jumat (2/8/2019) seperti dikutip dari suarasurabaya.net.

Selain itu, PT PAL Indonesia juga mendapat kepercayaan dari TNI Angkatan Laut untuk memperkuat armadanya, yaitu dengan pengadaan satu unit Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS). Kapal Bantu Rumah Sakit ini ditargetkan rampung pada Oktober 2021.

"Kapal Bantu Rumah Sakit itu nanti akan dilengkapi peralatan kesehatan yang canggih, desainnya juga akan dibuat lebih futuristik tanpa mengurangi asasinya sebagai rumah sakit," kata Turitan.

PT PAL Indonesia lebih banyak garap kapal perang karena banyak perusahaan niaga yang cenderung membeli kapal bekas, ketimbang membangun kapal baru.

Direktur Utama PT PAL Indonesia, Budiman Saleh menuturkan, harga kapal baru memang jauh lebih mahal dibandingkan dengan kapal bekas. Selain mahal, produksi kapal niaga juga membutuhkan waktu cukup lama yaitu sekitar dua tahun.

"Kondisi lesu ini sudah terpantau lesu sejak 2014 lalu. Banyak yang lebih suka kapal bekas dari pada kapal baru. Rata-rata  karena harganya. Kalau kapal baru itu harganya bisa sekitar Rp 4 miliar. Sedangkan kapal besar bisa di bawah Rp 1 miliar," tutur Budiman pada 25 Februari 2019.

PT PAL Indonesia akan lebih fokus pada galangan kapal perang guna memenuhi kebutuhan tugas pokok dan fungsi TNI khususnya Matra Laut. Secara berkelanjutan, PT PAL akan terus berinovasi untuk menguasai teknologi industri maritim. 

Sehingga menghasilkan produk yang tepat mutu, tepat guna dan tepat kualitas. Sebab, menurutnya keamanan maritim juga akan mempengaruhi transaksi perdagangan di Indonesia. 

"Pasar kapal niaga sekarang lesu. Jadi kami konsen keamanan maritim dulu. Karena kalau maritim aman, proses dagang pun juga akan aman," kata dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

PT PAL Garap Dua Unit Kapal Perang

Selain itu, PT PAL Indonesia kembali mengerjakan kapal perang pesanan Kementerian Pertahanan yaitu dua unit kapal cepat rudal (KCR) 60 meter. Pemotongan baja pertama mulai dilakukan pada Jumat 2 Agustus 2019. Kapal ini ditargetkan rampung pada Mei 2022.

Turitan mengatakan, dua unit KCR 60 meter ini sudah termasuk sistem persenjataan lengkap dan nilai kontraknya Rp 1,6 triliun. KCR kapal ke 5 dan 6 ini akan jauh lebih handal ke dalam pertempuran.

“Dua kapal KCR itu sudah termasuk platform dan sensor weapon control (SEWACO). Sistem persenjataan lengkap juga ada ada, seperti surveillance radar, IFF system, secondary gun 20 mm dan lain-lain. Dengan begitu, akan mampu berlayar hingga lima hari,” kata Turitan.

Secara rinci, kata dia, dua unit KCR ini memiliki panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, tinggi 4,85 meter, sarat 2,60 meter dan bobotnya sekitar 500 ton. Mampu berlayar hingga kecepatan 28 knots dengan kecepatan jelajah 20 knots. 

Dua unit KCR ini memiliki fungsi pokok sebagai peperangan anti kapal permukaan dan offshore patrols di perairan teritorial hingga Zona Ekonomi Eksklusif. Selain itu, juga memiliki fungsi tambahan untuk melakukan aktivitas pengintaian serta search and rescue.

"Kita selalu improve untuk batch ini, untuk menjadi kapal yang handal dalam pertempuran. Kelebihannya ini stabilitasnya makin baik. Untuk komponennya, dalam negeri 60 persen lebih. Tapi komponen luar negeri tetap masuk," ujar dia.

"Mudah-mudahan ini bisa diselesaikan dalam waktu 36 bulan, sejak efektif 31 Mei 2019. Alhamdulillah progesnya jauh lebih baik dan semoga selesai tepat waktu," ia menambahkan. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.