Sukses

Jejak Charlie Chaplin hingga Perobekan Bendera di Hotel Oranje Surabaya

Hotel Oranje adalah saksi perobekan bendera Belanda di Surabaya. Hotel tersebut kini menjadi hotel mewah dengan nama Hotel Majapahit.

Liputan6.com, Jakarta - "Hotel Oranje" adalah salah satu nama yang disematkan sebelum kini menjadi Hotel Majapahit Surabaya. Hotel yang terletak di Jalan Tunjungan ini sudah didirikan sejak 1911 oleh Sarkies Bersaudara. Dua bersaudara ini berasal dari Armenia.

Melihat umurnya yang sudah sangat tua, Hotel Oranje menjadi saksi bisu banyak peristiwa kala penjajahan Belanda di Indonesia. Salah satunya adalah saat bendera Belanda dirobek menjadi merah putih oleh Arek Suroboyo, September 1945.

Kemewahan Hotel Oranje memang sudah tertanam sejak dahulu. Hotel ini menjadi salah satu pusat kehidupan sosial orang-orang Eropa yang ada di Surabaya kala itu. Bangunan hotel ini menjadi simbol sekaligus bukti kemewahan akan hidup kaum kolonial pada zaman itu.

Dalam Surabaya Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu karya Ady Setiawan disebutkan Hotel Oranje beberapa kali sempat didatangi oleh banyak selebritas dunia yang jaya pada masa itu. Para selebritas sering singgah di Surabaya, baik sebelum atau pun sesudah berkunjung ke Bali.

Charlie Chaplin, salah satunya. Selebritas yang ternama kala itu, pernah menjadi tamu di hotel ini. Saat itu ia datang untuk menghadiri peresmian lobi hotel baru yang bergaya art deco pada 1932. Sejak saat itu, kemewahan Hotel Oranje sudah nampak. Terdapat tiga staf hotel berseragam putih yang disediakan untuk satu tamu.

Terdapat pula petugas pintu dalam seragam dengan hiasan pita dan selempang siaga berdiri. Serta meja rijstafel sepanjang lima meter yang penuh dengan makanan-makanan termewah. Suasana Hotel Oranje sering menghiasi kartu pos yang dikirim ke segala penjuru dunia yang menjadikan bukti betapa beruntungnya mereka pernah diterima kalangan elite Sarkies Oranje.

Selain Chaplin, Frank Clune, penyiar radio tersohor asal Australia pada zaman itu, juga sempat menceritakan perjalanannya di Hindia Belanda dan menjadi tamu di Hotel Oranje. Diketahui, Frank Clune merupakan tamu pemerintah Hindia Belanda pada 1941 dan diberikan kamar khusus tamu penting saat di Hotel Oranje. Cerita yang disampaikan Frank Clune membuat para pendengarnya kagum.  

Dikatakan Frank Clune, terpesona dengan jamuan makan siang yang disediakan oleh Hotel Oranje. Rijstafel Oranje menghidangkan 26 macam hidangan untuk makan siang. Juga saat jamuan malam, terdapat enam pelayan yang selalu menemani tamu.

Kini hotel bersejarah ini sudah menjadi hotel bintang lima dengan total 143 kamar di lantai satu dan dua. Hotel ini sempat dikelola oleh Mandarin Oriental Hotel Group sejak 1993 sampai 2006. Pada 2006, hotel ini diakuisisi oleh PT Sekman Wisata.

Sampai saat ini, sebagian besar bangunan hotel di Surabaya ini masih asli. Namun, beberapa bangunan luar dan beberapa unsur interior telah direnovasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Saksi Perobekan Bendera Belanda

Hotel yang berada di Jalan Tunjungan ini juga menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia. Ini dengan adanya insiden perobekan bendera.

Insiden perobekan bendera yang juga dikenal dengan sebutan het vlag incident berawal ketika Presiden Sukarno mengeluarkan keputusan bahwa seluruh wilayah Indonesia harus mengibarkan bendara Merah Putih pada 1 September 1945. Bertentangan dengan itu, sekelompok orang Belanda yang dipimpin Pluegman justru mengibarkan bendera Merah Putih Biru alias bendera Belanda di puncak sebelah kanan Hotel Oranje pada 19 September 1945.

Arek Suroboyo pun geram melihat bendera Belanda kembali berkibar di Hotel Oranje. Tidak sampai lima belas menit, sekitar ratusan massa berbondong-bondong mendatangi hotel untuk memprotes pengibaran bendera Belanda itu.

Sementara itu, Perwakilan Pemerintah Indonesia, Ruslan Abdul Gani datang ke hotel dengan maksud melakukan perundingan dengan perwakilan Pemerintah Belanda di kamar 33. Orang Belanda menjadikan kamar ini sebagai markasnya. Hal ini dikarenakan hanya kamar inilah yang mempunyai pintu di bagian belakang yang dapat tembus ke daerah Pasar Genteng Surabaya. Kini kamar itu menjadi ruangan Merdeka.

Melihat perundingan di kamar itu terlalu lama, Arek Suroboyo semakin tidak sabar. Mereka langsung melancarkan aksinya untuk menurunkan bendera Belanda dan menyobek warna biru hingga hanya tersisa merah putih.

Setelah kejadian itu, banyak terjadi perkelahian antara Arek Suroboyo dengan oposisi. Peristiwa ini membuat tewas Pluegman dan empat pejuang Arek Suroboyo. Peristiwa ini menjadi awal mula lahirnya Hari Pahlawan, 10 November 2019.

(Kezia Priscilla, mahasiswa UMN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.