Sukses

Wonokromo Surabaya, Tempat yang Disebutkan di Novel Bumi Manusia

Film Bumi Manusia tayang perdana di Surabaya, Jawa Timur pada Jumat 9 Agustus 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Film Bumi Manusia tayang perdana di Surabaya, Jawa Timur pada Jumat 9 Agustus 2019. Penayangan perdana film yang diadaptasi dari novel karya Pramodya Ananta Toer tersebut dilakukan di Surabaya Town Square.

Para pemain film Bumi Manusia pun disambut histeris oleh warga Surabaya ketika tiba di Surabaya Town Square pada Jumat pekan lalu. Penayangan perdana film Bumi Manusia di Surabaya ini bukan tanpa alasan. Film Bumi Manusia ini juga berlatar Surabaya, Jawa Timur.

“Bukunya juga berlatar Surabaya dan Surabaya adalah Kota Pahlawan. Dua itu paling utama,” ujar Produser Falcon Pictures, Frederica, seperti dilansir Antara pada Jumat 1 Agustus 2019.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pun mengapresiasi dan mengharapkan kebangkitan film Indonesia. Hal ini seiring gelaran gala premier film Bumi Manusia dan Perburuan yang dilakukan di Surabaya, Jawa Timur.

"Terima kasih... ini besar sekali timnya. Saya berharap ini akan menjadi bagian dari penyemangat bangkitnya perfilman Indonesia," ujar Khofifah ditemui di kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, seperti dilansir Antara, Kamis, 8 Agustus 2019.

Khofifah menuturkan, acara gala premier merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap insan film. Kehadiran film juga dirasa berguna untuk membantu mengasah motorik dan sensorik seseorang. Hal ini mengingat film Bumi Manusia dan Perburuan dilakukan di Surabaya, Jawa Timur.

Film Bumi Manusia yang berlatar belakang Surabaya ini diadaptasi dari novel Pramoedya Ananta Toer. Disebutkan dalam novel tersebut wilayah Surabaya, salah satunya Wonokromo. Kali ini Liputan6.com mengulas Wonokromo, salah satu wilayah di Surabaya.

Surabaya terdiri dari lima wilayah yaitu Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Utara dan Surabaya Selatan. Wonokromo ini terletak di Surabaya Selatan, dan membawahi enam kelurahan. Mengutip laman surabaya.go.id, luas kecamatan Wonokromo mencapai 8,47 KM2. Kepadatan penduduknya mencapai 17.341 jiwa/KM2.

Dari berbagai informasi yang dihimpun, pada 2017, mayoritas penduduknya bekerja sebagai pekerja swasta di berbagai industri dan wiraswata sendiri. Kawasan Wonokromo juga dikenal sebagai kawasan pertokoan, perkantoran dan pariwisata.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ada Bangunan Cagar Budaya

Di Wonokromo, ada sejumlah bangunan sejarah yang dijadikan bangunan cagar budaya yang dapat ditemui. Salah satunya Pintu Air Jagir. Pintu air ini dibangun sekitar 1917, pada zaman Belanda. Pada masa itu, Orang Belanda menganggap kalau banjir adalah hal yang terburuk. Oleh karena itu, Belanjda membangun pintu air yang mampu mengantisipasi banjir. Apalagi di wilayah ini juga terdapat Kali Jagir.

Pembangunan pintu air itu pun sudah dipikirkan dan diantisipasi Belanda. Selain itu, pintu air ini dibuat untuk memperlancar kondisi Surabaya. Saat itu, Surabaya menjadi kota dagang Hindia Belanda.

Selain Pintu Air Jagir, Anda juga dapat menemukan bangunan cagar budaya Stasiun Wonokromo. Bangunan stasiun ini didirikan pada 1901-an. Selain digunakan sebagai stasiun penunjang kereta pengangkut minyak dari tambang minyak yang ada di Wonokromo, stasiun ini juga digunakan untuk angkutan penumpang dan barang.

Bosan menunggu di Stasiun Wonokromo? Anda juga bisa mampir dulu di Darmo Trade Center (DTC). Pusat perbelanjaan ini berada dekat Stasiun Wonokromo Surabaya.Selain itu, ada juga Kebun Binatang Surabaya.  Kebun Binatang Surabaya (KBS) berdiri sejak Agustus 1916.Berada di Jalan Setail No.1, Surabaya, Jawa Timur dan buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB. 

Di Wonokromo, Anda juga bisa wisata kuliner. Salah satunya dengan mengunjungi Sego Sambel Yeye. Salah satu tempat makan terkenal di Surabaya. Warung makan ini terletak di Jalan Jagir Wonokromo Wetan Nomor 12. Warung ini dimiliki Ibu Supriyani atau biasa disapa Mak Yeye. Ia mulai berjualan sego sambel pada 1982 di Pasar Wonokromo. Saat itu, ia hanya dapat menjual dua sampai lima kilogram nasi per hari.

Tak hanya wisata kuliner saja, di Kawasan Wonokromo Surabaya juga terdapat Kampung Bendera Jagir. Kampung ini dikenal sebagai kampung pengrajin dan penjual bendera dan aksesorisnya. Di Kampung Bendera Jagir ini, masyarakat dapat membeli bendera,umbul-umbul dan aksesorisnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.