Sukses

Gandeng PJB, Gresik Tambah Ikon Baru Berupa Gardu Suling

Masyarakat Gresik segera mempunyai satu ikon baru lagi yaitu Gardu Suling (Garling).

Liputan6.com, Gresik - Masyarakat Gresik segera  mempunyai satu ikon baru lagi yaitu Gardu Suling (Garling). Landmark yang akan dibangun di Perempatan Gedung Nasional Indonesia (GNI) ini akan berada di perempatan antara Jalan Panglima Sudirman, Jalan Pahlawan dan Jalan Jaksa Agung Suprapto dan Jalan Malik Ibrahim Gresik.

Kepastian ini setelah Bupati Gresik Sambari Halim Radianto dan General Manager PJB Gresik Ompang Rezki Hasibuan teken kesepahaman bersama untuk memulai pembangunan monument tersebut di Ruang Bupati Gresik pada, Senin ( 12/8/2019).

Sambari menuturkan, landmark garling ini sebagai upaya untuk mengembalikan yang pernah ada di Gresik zaman dahulu. Dulu gardu suling itu berdiri di Pertigaan Jalan Raden Santri, HOS Cokroaminoto dan Jalan Basuki Rahmat (tepat di depan kantor PLN).

Harapan ia agar suara sirine ini setidaknya bisa didengar di dua kecamatan yaitu Gresik dan Kebomas. Kalau dulu suara sirine ini untuk menandai berbuka puasa saat bulan Ramadan. Kalau garling ini sudah terbangun, selain bisa menandai saat berbuka puasa. Juga bisa untuk menandai setiap waktu salat. Hanya durasi untuk berbuka puasa yang agak panjang.  

"Tolong dikembalikan seperti yang dulu baik bentuk maupun warnanya. Sebagai rujukan silahkan cari foto - fotonya," tutur Sambari. 

Sementara Wakil Bupati,Mohammad Qosim menambahkan, monumen yang akan dibangun ini selain untuk mengembalikan sejarah juga ingin memberikan monumen ini untuk anak cucu selanjutnya.

"Tentunya dengan adanya monumen ini sepanjang sejarah akan dikenang, tidak hanya satu atau dua tahun saja," tambahnya.

Kepala bagian Humas dan Protokol, Sutrisno mengatakan, pembangunannya akan segera dilakukan. Diawali dengan proses administrasi yang lain misalnya pelelangan dan lain sebagainya oleh pihak PJB Gresik. Dalam sejarahnya gardu suling yang pernah ada di Gresik ini dibangun pada 1929 oleh Kitty Soesman seorang kepala Aniem (PLN).

"Bangunan ini merupakan saksi bisu perjuangan warga Gresik dalam mengusir penjajah. Disebut gardu suling karena orang Gresik tempo dulu menyebut Menara dengan istilah gardu. Sedangkan sirine disebut suling. Jaman dulu suara sirine ini sebagai tanda siaga jika ada musuh yang datang dari arah laut. Selepas kemerdekaan suara sirine ini menjadi tanda suka cita termasuk saat berbuka puasa atau saat menjelang detik-detik proklamasi," ujar Sutrisno. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tugu Lontar, Ikon Baru Gresik Lambang Kemajuan Industri

Sebelumnya, di Gresik, Jawa Timur kini bertambah bangunan baru yaitu Tugu Lontar. Tugu ini untuk mempercantik Kota Gresik, Jawa Timur.

Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto meresmikan Tugu Lontar yang terletak di Perempatan Kebomas Gresik Jawa Timur pada Rabu malam, 7 Agustus 2019.

Peresmian itu ditandai dengan penandatanganan prasasti dan penyerahan dokumen oleh Hiroshi Kondo Presiden Direktur PT Smelting kepada Bupati Gresik Sambari Halim Radianto.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Gresik, Sutrisno menuturkan, tugu yang dibangun sejak 3 Desember 2018 itu adalah hasil kerja sama antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik dengan PT Smelting. Seluruh pembiayaan dicukupi oleh PT Smelting.

"Tugu Lontar dibangun sebagai monumen kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Gresik dan PT Smelting. Seperti keinginan Bupati Gresik Sambari Halim Radianto dan Hiroshi Kondo Presiden Direktur PT Smelting," tutur Sutrisno. 

"Pembangunan Tugu Lontar ini diharapkan bisa menjadi bangunan baru untuk mempercantik Kota Gresik. Tugu Lontar menjadi penanda semangat bersama dalam mencapai kemajuan yang terus-menerus dan memberi warna baru pada perkembangan Kota Gresik,” kata Sutrisno.

Tugu Lontar di Gresik dirancang Daniel Mirmanoe Candra Sujanto. Arsitek lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini dikenal sebagai perancang Tugu Pelangi Surabaya.

 

3 dari 3 halaman

Karya Seni Kontemporer

Tugu Lontar atau Sculpture Lontar merupakan karya seni kontemporer yang menggabungkan dua tema dari dua kebudayaan yang berbeda, yakni Indonesia dan Jepang. Lontar adalah salah satu media tulis yang menjadi sejarah kebudayaan Indonesia yang sangat tinggi pada zamannya.

Tanaman daun Lontar tumbuh di Gresik sampai sekarang. Sedangkan Kirigami merupakan seni memotong dan melipat yang menjadi bagian dari kebudayaan Jepang.

Ada empat elemen penting di dalam Tugu Lontar yaitu, Puncak Lontar terbuat dari kuningan berwarna emas yang melambangkan kemakmuran. Bentuk Kirigami Lontar merupakan perpaduan kerjasama harmonis Indonesia-Jepang. Bilah Metalik sebagai lambang kekuatan dan modernisasi. Air Terjun sebagai oase lambang kesegaran dan kemakmuran.

Filosofi Tugu Lontar adalah iron atau silver plate perlambang kuatnya perindustrian di Gresik. Pebbles zen  berarti membawa ketenangan, kerapian, dan kedisiplinan. Brass plate (gold) perlambang glory atau Gresik yang menuju masa keemasannya. 

Bentuk kirigami lontar adalah seni Jepang yang berpadu kelokalan Gresik. Water fountain, elemen air perlambang sejarah Gresik sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam yang terus mengalir bagai oase yang menyejukkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.