Sukses

Yuk Kenali Sidoarjo, Lokasi Kisah di Novel Bumi Manusia

Pemutaran perdana film Bumi Manusia di Surabaya, Jawa Timur pada 9 Agustus 2019, mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Pemutaran perdana film Bumi Manusia di Surabaya, Jawa Timur pada 9 Agustus 2019, mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Film Bumi Manusia yang diadaptasi dari novel karya Pramodya Ananta Toer ini tayang serentak pada 15 Agustus 2019.

Mengutip kanal showbiz Liputan6.com, film ini diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Ine Febriyanti, Ayu Laksmi, dan Donny Damara. Film Bumi Manusia mengisahkan tentang Minke (Iqbaal Ramadhan), satu-satunya pribumi yang berhasil masuk ke sekolah Hoogere Burgershool (HBS). Dari sinilah Minke mulai menaruh hati pada Annelis Mallema (Mawar Eva de Jongh).

Adapun novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer ini memiliki latar di Jawa Timur. Di dalamnya disebutkan beberapa wilayah yang ada di Jawa Timur, salah satunya Sidoarjo. Sebelum Anda menonton filmnya, mari kenal terlebih dahulu daerah yang kini dikenal dengan lumpur lapindonya ini.

Dilansir dari portal resmi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, berikut empat hal tentang Sidoarjo antara lain, Kamis, (15/8/2019):

1. Sejarah

Sidoarjo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan.

Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare. Kabupaten Sidokare berganti nama menjadi Kabupaten Sidoarjo  pada 28 Mei 1859.

2. Geografis

Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112"5' dan 112"9' Bujur Timur dan antara 7"3' dan 7"5' Lintang Selatan. Kabupaten ini berbatasan dengan Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan di Selatan, Kabupaten Mojokerto di Barat dan Selat Madura di Timur. Kabupaten Sidoarjo juga terletak diantara dua aliran sungai yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas yang berhulu di Kabupaten Malang.

3. Profil Masyarakat

Jumlah penduduk di Kabupaten Sidoarjo yang disebutkan di novel Bumi Manusia, pada 2019 hasil proyeksi penduduk mencapai 2.181.716 dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 1.132.380 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1.049.336 jiwa. Masyarakat Kabupaten Sidoarjo mengandalkan sektor agraris dengan daerah pertanian yang subur dan sektor industri sebagai perwujudan kesejahteraan. 

4. Tempat Wisata

Berbagai tempat pariwisata dapat dijumpai di Kabupaten Sidoarjo, mulai wisata budaya, belanja, alam, dan lainnya. Wisata yang cukup terkenal adalah Wisata Lumpur Lapindo. Tempat wisata lain yang tidak kalah menariknya adalah Monumen Jayandru, Masjid Agung Sidoarjo, Museum Mpu Tantular, Wisata Sungai Karanggayam, dan Candi Dermo.

 

(Tito Gildas, Mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wonokromo Surabaya, Tempat yang Disebutkan di Novel Bumi Manusia

Sebelumnya, film Bumi Manusia tayang perdana di Surabaya, Jawa Timur pada Jumat 9 Agustus 2019. Penayangan perdana film yang diadaptasi dari novel karya Pramodya Ananta Toer tersebut dilakukan di Surabaya Town Square.

Para pemain film Bumi Manusia pun disambut histeris oleh warga Surabaya ketika tiba di Surabaya Town Square pada Jumat pekan lalu. Penayangan perdana film Bumi Manusia di Surabaya ini bukan tanpa alasan. Film Bumi Manusia ini juga berlatar Surabaya, Jawa Timur.

“Bukunya juga berlatar Surabaya dan Surabaya adalah Kota Pahlawan. Dua itu paling utama,” ujar Produser Falcon Pictures, Frederica, seperti dilansir Antara pada Jumat 1 Agustus 2019.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pun mengapresiasi dan mengharapkan kebangkitan film Indonesia. Hal ini seiring gelaran gala premier film Bumi Manusia dan Perburuan yang dilakukan di Surabaya, Jawa Timur.

"Terima kasih... ini besar sekali timnya. Saya berharap ini akan menjadi bagian dari penyemangat bangkitnya perfilman Indonesia," ujar Khofifah ditemui di kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, seperti dilansir Antara, Kamis, 8 Agustus 2019.

Khofifah menuturkan, acara gala premier merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap insan film. Kehadiran film juga dirasa berguna untuk membantu mengasah motorik dan sensorik seseorang. Hal ini mengingat film Bumi Manusia dan Perburuan dilakukan di Surabaya, Jawa Timur.

Film Bumi Manusia yang berlatar belakang Surabaya ini diadaptasi dari novel Pramoedya Ananta Toer. Disebutkan dalam novel tersebut wilayah Surabaya, salah satunya Wonokromo. Kali ini Liputan6.com mengulas Wonokromo, salah satu wilayah di Surabaya.

Surabaya terdiri dari lima wilayah yaitu Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Utara dan Surabaya Selatan. Wonokromo ini terletak di Surabaya Selatan, dan membawahi enam kelurahan. Mengutip laman surabaya.go.id, luas kecamatan Wonokromo mencapai 8,47 KM2. Kepadatan penduduknya mencapai 17.341 jiwa/KM2.

Dari berbagai informasi yang dihimpun, pada 2017, mayoritas penduduknya bekerja sebagai pekerja swasta di berbagai industri dan wiraswata sendiri. Kawasan Wonokromo juga dikenal sebagai kawasan pertokoan, perkantoran dan pariwisata.

 

3 dari 3 halaman

Ada Bangunan Cagar Budaya

Di Wonokromo, ada sejumlah bangunan sejarah yang dijadikan bangunan cagar budaya yang dapat ditemui. Salah satunya Pintu Air Jagir. Pintu air ini dibangun sekitar 1917, pada zaman Belanda. Pada masa itu, Orang Belanda menganggap kalau banjir adalah hal yang terburuk. Oleh karena itu, Belanjda membangun pintu air yang mampu mengantisipasi banjir. Apalagi di wilayah ini juga terdapat Kali Jagir.

Pembangunan pintu air itu pun sudah dipikirkan dan diantisipasi Belanda. Selain itu, pintu air ini dibuat untuk memperlancar kondisi Surabaya. Saat itu, Surabaya menjadi kota dagang Hindia Belanda.

Selain Pintu Air Jagir, Anda juga dapat menemukan bangunan cagar budaya Stasiun Wonokromo. Bangunan stasiun ini didirikan pada 1901-an. Selain digunakan sebagai stasiun penunjang kereta pengangkut minyak dari tambang minyak yang ada di Wonokromo, stasiun ini juga digunakan untuk angkutan penumpang dan barang.

Bosan menunggu di Stasiun Wonokromo? Anda juga bisa mampir dulu di Darmo Trade Center (DTC). Pusat perbelanjaan ini berada dekat Stasiun Wonokromo Surabaya.Selain itu, ada juga Kebun Binatang Surabaya.  Kebun Binatang Surabaya (KBS) berdiri sejak Agustus 1916.Berada di Jalan Setail No.1, Surabaya, Jawa Timur dan buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB. 

Di Wonokromo, Anda juga bisa wisata kuliner. Salah satunya dengan mengunjungi Sego Sambel Yeye. Salah satu tempat makan terkenal di Surabaya. Warung makan ini terletak di Jalan Jagir Wonokromo Wetan Nomor 12. Warung ini dimiliki Ibu Supriyani atau biasa disapa Mak Yeye. Ia mulai berjualan sego sambel pada 1982 di Pasar Wonokromo. Saat itu, ia hanya dapat menjual dua sampai lima kilogram nasi per hari.

Tak hanya wisata kuliner saja, di Kawasan Wonokromo Surabaya juga terdapat Kampung Bendera Jagir. Kampung ini dikenal sebagai kampung pengrajin dan penjual bendera dan aksesorisnya. Di Kampung Bendera Jagir ini, masyarakat dapat membeli bendera,umbul-umbul dan aksesorisnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.