Sukses

Polda: Kecelakaan Lalu Lintas di Jawa Timur Masih Tinggi

Kepolisian daerah Jawa Timur (Jatim) mengajak semua pihak untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.Hal ini mengingat kecelakaan lalu lintas yang masih tinggi di Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian daerah Jawa Timur (Jatim) mengajak semua pihak untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.Hal ini mengingat kecelakaan lalu lintas yang masih tinggi di Jawa Timur.

Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Polda Jawa Timur, Kompol Dadang Kurnia menuturkan, sekitar enam orang meninggal dunia setiap hari.

"Sementara sesuai dengan data secara nasional sebanyak 85 orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas setiap harinya," ujar dia  dalam kegiatan "safety riding" yang diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Jatim di Surabaya, Sabtu, 14 September 2019.

Oleh karena itu, pihaknya menyatakan kepada berbagai pihak untuk bersama-sama untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas ini. "Dari segi usia, korban kecelakaan lalu lintas berada pada rentang 16 tahun sampai dengan 30 tahun," ujar dia.

Ia juga menyambut baik apa yang sudah dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Jatim, dengan memberikan pelatihan "safety riding" kepada pekerja di sejumlah perusahaan di Jatim.

"Pada tahun lalu terdapat sebanyak 11 ribu kecelakaan di Jatim. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi kegiatan ini supaya bisa terus dikembangkan pada kesempatan berikutnya," tutur dia.

Pada kesempatan sama, Dodo Suharto selaku Deputi Direktur Wilayah Jawa Timur mengatakan pada kegiatan itu pihaknya mengajak 320 peserta dari 98 perusahaan di Jawa Timur.

"Pelaksanaan pelatihan safety riding ini dilaksanakan sejak tanggal 7 sampai dengan 13 September 2019 dengan menggandeng MPM Motor Learning Centre Wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (NTT) di Sidoarjo," ujar dia.

Ia juga memberikan alat pelindung diri (APD) berupa helm motor sebanyak 500 unit kepada tenaga kerja.

"Tujuan dilaksanakan pelatihan safety riding dan alat pelindung diri berupa helm motor untuk meningkatkan pemahaman akan keselamatan berkendara sebagai upaya menurunkan risiko kecelakaan kerja di jalan raya," tutur dia.

Melalui pelatihan ini diharapkan bagi peserta yang telah mendapatkan pemahaman safety riding dapat berbagi pengetahuan kepada rekan kerja di perusahaan.

"Ke depan program promotive preventive ini diharapkan bisa berkelanjutan sehingga semakin banyak tenaga kerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang mendapatkan pelatihan safety riding dan alat pelindung diri helm motor," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gagap Teknologi Jadi Penyumbang Kecelakaan Lalu Lintas

Sebelumnya, menurut data Ditlantas Polda Metro Jaya, angka kecelakaan di Jadetabek meningkat pesat hingga mencapai 5.400 kejadian pada 2018 lalu. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 5.140 kejadian saja.

Menurut Kasubdit Gakkum DItlantas Polda Metro Jaya yaitu, Kompol Muhammad Nasir, faktor penyebab kecelakaan lalu-lintas tersebut memang mayoritas disebabkan oleh human error. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pengemudi itu sendiri umumnya disebabkan oleh pelanggaran lalu lintas yang mungkin terkesan sepele, contohnya; tidak menggunakan helm, melawan arah, menerobos palang pintu kereta api, hingga berkendara pada kecepatan tinggi dan kondisi mabuk.

"Hingga saat ini faktor terbesar memang masih disebabkan oleh human error yaa. Sangat jarang kalo disebabkan dari kerusakan teknis kendaraannya. Umumnya itu dari kesalahan-kesalahan pelanggaran lalu lintas seperti tidak pakai helm, lawan arah, menerobos palang kereta api, dan menyetir dalam kondisi mabuk," ujar Kompol Muhammad Nasir.

Sementara itu, hal berbeda dikemukakan oleh anggota dari Pantap (Panitia Tetap) Layak Jalan, Hartono Gani, yang menyebutkan bahwa teknologi pada kendaraan itu sendiri juga dapat menjadi penyebab terbesar tingginya angka kecelakaan lalu lintas.

Hartono Gani mengatakan, saat ini Indonesia masih sangat tertinggal dari negara lain dalam hal teknologi keselamatan kendaraan yang ditetapkan. Dirinya juga menilai, masih banyak para pengendara yang kurang peduli dalam hal perkembangan teknologi keselamatan dari kendaraan itu sendiri.

"Saat ini Indonesia itu sangat jauh tertinggal dalam hal teknologi kendaraan. Padahal teknologi itu punya pengaruh yang besar dalam hal mencegah dan meminimalisir angka kecelakaan. Pabrikan kendaraan ini kan selalu terus berinovasi dalam hal teknologi keselamatan berkendara, sayangnya banyak pengendara disini dan juga pemerintah yang kurang peduli akan hal itu," ujar Hartono Gani.

"Contohnya ya untuk kendaraan barang truk, ini masih sangat banyak pengusaha yang menggunakan truk lama yang masih mengadopsi sistem pengereman tromol. Padahal ini sangat berbahaya, apalagi saya kurang yakin bahwa pada saat pemeriksaan laik jalan sistem rem tersebut akan diperiksa dengan benar atau tidak. Tromol itu kan kalo mau ngecek ribet banget harus dibuka dulu segala macem, baru nanti terlihat masih bagus atau enggaknya. Sementara kalo sudah discbrake, ini kan gampang ngeceknya. Tinggal lihat dari luar apakah kampas rem tersebut masih tebal atau tidak. Itu contoh simpelnya," ujar Hartono Gani.

 

 

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Menurut dia, sistem rem tersebut merupakan faktor penting bagi sebuah kendaraan, khususnya kendaraan barang seperti truk. Jika sistem tersebut tidak diperiksa dengan benar, tak mengherankan jika banyak kendaraan berat yang mengalami rem blong.

Selain hal yang disebutkan di atas, pemerintah juga dinilai kurang tegas dalam hal penertiban kendaraan barang yang mengangkut barang melebihi batas beban maksimum. Dirinya menilai, kendaraan yang memiliki beban melebih batas maksimum tentu akan sangat berpengaruh pada kurangnya daya cengkeram dan jarak pengereman kendaraan tersebut.

"Sekarang ini kan banyak sekali truk yang melebih batas beban maksimum, padahal seharusnya yang benar itu bebannya yaa mengikuti beban yang disarankan, bukan berpatokan pada beban maksimum bahkan melebihi beban maksimum. Pabrikan ini kan dalam membuat sebuah kendaraan tentunya sudah memperhitungkan banyak faktor. Kalo bebannya melebihi batas maksimum, otomatis sudah tidak sesuai dan dampaknya dapat mengurangi kinerja rem, suspensi, tenaga, handling dan lain-lain," sambung Hartono Gani.

Hartono Gani juga menyarankan agar pemerintah, kepolisian dan Dishub lebih tegas lagi dalam hal penertiban pelanggaran-pelanggaran batas beban maksimum tersebut. Dirinya juga menambahkan bahwa para stakeholder tersebut termasuk pemilik kendaraan berat atau logistik haruslah melek terhadap perkembangan teknologi kendaraan.

Dengan kendaraan yang terus ikut berkembang bersama teknologi terkini tentunya akan lebih meminimalisir tingginya angka kecelakaan lalu lintas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.