Sukses

Cerita Nostalgia Srimulat Surabaya

Srimulat adalah grup pelawak legendaris Tanah Air. Grup yang melahirkan pelawak-pelawak tenar di dunia komedi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Srimulat adalah grup pelawak legendaris Tanah Air. Grup yang melahirkan pelawak-pelawak tenar di dunia komedi Indonesia ini awalnya didirikan Raden Ayu dan Teguh Slamet Rahardjo pada 1950.

Grup ini bernama gema malam Srimulat. Kelompok ini kelompok seni keliling dari Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Demikian mengutip dari berbagai sumber. 

Terbentuknya grup pelawak terbesar Indonesia, "Srimulat" ini tak dapat lepas dari nama Kho Tjien Tiong. Ia adalah pria kelahiran Solo tepatnya pada 8 Agustus 1926.

Untuk mencapai ketenaran, Srimulat melewati proses yang panjang. Kelompok ini juga beberapa kali sempat mengalami perubahan nama. Berikut ini adalah kisah nostalgia lahirnya Srimulat Surabaya, dirangkum dari Surabaya Punya Cerita Vol.1, karya Dhahana Adi.

Cikal Bakal

Kho Tjien Tiong atau lebih dikenal dengan nama Teguh Slamet Rahardjo adalah salah satu pendiri grup dagelan Srimulat. Ia menikahi seorang perempuan bernama Raden Ayu Srimulat yang adalah penyanyi dari grup ketoprak Bintang Timur.

Setelah Teguh dan Srimulat menikah, mereka memutuskan untuk membuat kelompok sandiwara. Kelompok itu dinamakan Gema Malam Srimulat dengan konsep dagelan Mataram. 

Pada akhir tahun 1960, Gema Malam Srimulat pentas di Pekan Raya Surabaya yang kemudian berganti nama menjadi Taman Hiburan Rakyat Surabaya. Kegigihan Teguh dapat membawa kelompok ini menjadi pengisi tetap di Taman Hiburan Rakyat Surabaya. Sejak saat itu, nama kelompoknya pun berganti kembali menjadi “Srimulat Review”. 

Hari berganti hari, Srimulat Review terus bersinar. Mulai dari musik, penyanyi hingga lawakan gaya dagelan Mataramnya semakin memukau para penonton. Anggotanya pun kian hari kian bertambah. Akhirnya, pada 1963 kelompok ini berubah nama lagi menjadi “Aneka Ria Srimulat” yang memadukan beragam nyanyian dan lawak, namun tetap dengan ciri khas Srimulat.

Pada 1969, istri Teguh, Srimulat, meninggal dunia. Kemudian Teguh menikah dengan seorang penyanyi dan penari Jawa bernama Djudjuk Djuwariyah. Seiring perkembangannya,Srimulat dapat membangun panggung-panggung tetapnya di Surabaya, Solo, Semarang dan Jakarta. Srimulat juga berhasil menjadi kelompok lawak yang sukses dengan Djudjuk sebagai penyanyinya di dekade 70 sampai 80an.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cerita Tengah Perjalanan

Cerita Tengah Perjalanan

Pada 1971, Teguh terpilih menjadi panitai perumus Anggota Dewan Kesenian Surabaya. Dari hal ini, Teguh juga diangkat sebagai peletak pondasi pertama didirikannya program Dewan Kesenian Surabaya yang mulai pada tahun 1971. 

Teguh pernah membuat sebuah perusahaan film bernama Srimulat Film Corporation pada 1973 di Surabaya. Film pertama dari perusahaan ini berjudul “Mayat Cemburu”. 

Namun, ditengah Srimulat Film Corporation memproduksi film berjudul “Wayang Kekek”, terjadi kasus yang menghentikan proses pascaproduksi. Hal ini dikarenakan, film yang dikirim ke Hongkong untuk diproses cetak justru tidak kembali ke Indonesia. Film itu akhirnya disandera dan dinyatakan hilang. Selain produksi film sendiri, Srimulat Surabaya juga sempat menjadi pemeran pendukung dalam sebuah film berjudul Suci Sang Primadona. 

Wali kota Surabaya saat itu, Bapak Soekotjo, pernah berupaya untuk mendamaikan masalah pertengakran yang ada antara anak buah pimpinannya dengan pemain Srimulat. Bahkan masalah ini hampir naik ke meja hijau. Upaya ini dilakukan karena walkot menganggap Srimulat sebagai aset kota yang harus dijaga dan dilestarikan.

Upaya Terus Melestarikan

Demi terus eksis dan mengatasi kejenuhan pentas di panggung, Srimulat Surabaya pernah membentuk kesebelasan Galatawa. Ini adalah bentuk peralihan Srimulat ke bidang olahraga. Pemain intinya adalah pemain Srimulat.

Namanya Srimulat, tentu bukan olahraga serius yang dipertunjukkan. Mereka tetap melakukan parodi, namun dilakukan di lapangan sepakbola. Layaknya klub sepakbola profesional, kesebelasan Galatawa Srimulat bermarkas di lapangan THOR (kompleks belakang Gelora Pantjasila, kawasan Indragiri, Surabaya).

Dalam usaha terus melestarikan kesenian lawak bergaya Srimulat, pada 2012,salah satu televisi swasta nasional melakukan audisi pemain Srimulat. Hal ini juga dibantu dengan kerjasama Cak Agus Romli dan Cak Eko Kucing. Mereka mengajak beberapa pemuda-pemudi Surabaya yang berbakat di bidang seni untuk berkolaborasi.

Melalui hal ini, Srimulat Surabaya kembali eksis. Setiap bulann di hari Minggu pada minggu keempat mereka menghibur masyarakat Kota Pahlawan di Gedung Srimulat, THR mulai pukul 19:00.

Eko DJ, Tarzan, Nunung, Thukul Arwana adalah sebagian “jebolan” kelompok pelawak Srimulat. Beberapa dari anggotanya kini telah tutup usia.

(Diceritakan oleh Eko Saputro (putera dari Ibu Djudjuk Srimulat) dan beberapa anggota Srimulat Surabaya.)

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.