Sukses

Pemerintah Gandeng ITS Cari Solusi Berbagai Persoalan Desa

Penelitian di ITS baik dalam bentuk disertasi, skripsi, tesis atau lainnya bisa menjadi solusi bagi masyarakat desa.

Liputan6.com, Surabaya - Indonesia memiliki wilayah pedesaan yang cukup luas, tapi faktanya penerapan teknologi di desa justru masih belum bisa maksimal. Oleh karena hal itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KMK) menggelar workshop.

Kegiatan workshop ini bagi perangkat desa dan kecamatan, dosen dan tenaga kependidikan (tendik) ITS, serta berbagai kementerian atau lembaga terkait di Gedung Pusat Riset ITS, Senin, 16 September 2019.

Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kawasan Kemenko PMK, Sonny Harry B Harmadi mengakui, saat ini sangat dibutuhkan suatu pendekatan teknologi pada pembangunan di pedesaan.

Sebagai tahapan awal dalam hal ini, pemerintah ingin membawa kampus untuk terjun langsung mengimplementasikan penelitiannya dalam pembangunan di desa. Sebenarnya banyak hal sederhana yang bisa dilakukan di suatu desa. “Namun, tentang pengetahuan atau teknologinya ada di kampus,” ujar dia.

Selama lima tahun terakhir, sudah lebih dari Rp 250 triliun yang digelontorkan pemerintah ke desa yang biasa disebut sebagai dana desa. Jumlah tersebut juga ditambah alokasi dana desa yang menjadi sumber pendapatan desa saat ini.

Sonny juga menyatakan, pembangunan desa yang berkualitas pasti akan menurunkan angka kemiskinan yang ada di desa tersebut. “Kalau saja pembangunan di desa lebih terstruktur dan diiringi dengan teknologi pasti akan jauh lebih maksimal lagi,” kata dia.

Harapannya, lanjut Sonny, penelitian di ITS baik itu dalam bentuk disertasi, skripsi, tesis atau lainnya bisa menjadi solusi bagi masyarakat desa. "Saya yakin ITS mampu memberikan solusi," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

ITS Siap Membantu

Sementara itu, Rektor ITS Mochamad Ashari juga menyatakan, ITS siap untuk membantu bersama-sama dalam mengurangi desa tertinggal di Indonesia. Pada aspek pendidikan, ITS sedang menyiapkan pola pendidikan dengan jarak jauh.

"Namun hal tersebut membutuhkan infrastruktur dasar juga," ungkap rektor yang biasa disapa Ashari ini.

Ashari juga memaparkan, ITS yang memiliki 20 ribu mahasiswa juga merencanakan ada Kuliah Kerja Nyata (KKN) Nasional. Program yang akan memiliki banyak kegiatan tematik tersebut sebagai bentuk pengabdian sivitas akademika ITS kepada masyarakat luas secara langsung.

Ashari mengakui, sekarang ini pertanian di desa sudah berubah, terutama desa yang bertempat dekat daerah perkotaan. Dana desa juga terobosan yang luar biasa, namun perlu suatu pendampingan. Harapannya, para peserta tidak berhenti di workshop ini saja. 

"Yang paling terpenting bagaimana langkah-langkah untuk langsung terjun ke masyarakat nantinya," tutur guru besar Teknik Elektro ITS.

Workshop yang diadakan tersebut langsung dilanjutkan dengan focus group discussion (FGD) yang terbagi dalam lima panel diskusi. Tiap panel terdiri dari berbagai unsur peserta yang terkait dengan tema diskusi. 

Kelima tema diskusi tersebut antara lain untuk Panel 1 tentang Infrastruktur Dasar – Listrik, Air Bersih, Infrastruktur Jalan, Sanitasi dan IT; Panel 2 tentang Konektivitas dan Aksesbilitas; Panel 3 tentang Capacity Building Perangkat Desa dan Masyarakat; Panel 4 tentang Sistem Sustainability Program; dan Panel 5 tentang Teknologi Produksi Sederhana dan Tepat Guna.

Pada akhir diskusi, ITS memberikan rekomendasi untuk setiap hasil diskusi panel yang telah dilakukan. Workshop tersebut juga menghadirkan Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dirjen PPMD) Kemendesa PDTT, Taufik Madjid sebagai salah satu keynote speaker.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.