Sukses

Pilar Beton Toko Nam, Saksi Bisu Gelora Perjuangan Pemuda Surabaya

Toko Nam, sebuah toko yang menjadi petunjuk kalau Surabaya merupakan kota metropolis pada zamannya. Lokasi koordinasi arek-arek Suroboyo sebelum menyerang pasukan Belanda.

Liputan6.com, Jakarta - Surabaya, Jawa Timur merupakan salah satu kota yang memiliki banyak bangunan bersejarah. Pemerintah Kota Surabaya diperkirakan telah menetapkan 273 bangunan bersejarah menjadi bangunan cagar budaya.

Pemkot Surabaya menetapkan bangunan bersejarah itu menjadi bangunan cagar budaya karena memiliki jejak sejarah dan jejak keringat para pejuang di masa lalu.

Satu di antara sekian bangunan cagar budaya yang terkenal di Surabaya ialah Balai Pemuda Surabaya. Sebuah tempat yang menjadi bukti nyata kependudukan Belanda di Surabaya. Selain itu, di Surabaya juga ada Toko Nam. Toko yang menjadi petunjuk kalau Surabaya merupakan kota metropolis pada zamannya.

Toko Nam berlokasi di Jalan Embong Malang, Surabaya, Jawa Timur. Akan tetapi, sebelum itu Toko Nam awalnya berada di Jalan Tunjungan, tempatnya yang kini digunakan sebagai Monumen Pers Perjuangan Surabaya.

Tepat di depan toko itu, dahulu sering digunakan sebagai tempat koordinasi Arek-Arek Suroboyo sebelum menyerang Belanda, sedangkan Belanda pada saat itu ada di Hotel Majapahit.  Hal itu yang menjadi alasan Toko Nam dijadikan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan (SK ) Walikota Surabaya pada 1996 dan 1998.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Toko Nam Surabaya

Mengutip berbagai sumber, Toko Nam menjadi bangunan cagar budaya kategori C, yang artinya boleh mengurangi atau menambah bagian tertentu untuk adaptasi, asal tidak merusak aslinya. Toko Nam yang memiliki nama lengkap NV Handel Maatschppij sudah berdiri sejak 1935.

Toko Nam ini milik Sarkies bersaudara saat itu. Sarkies bersaudara ini juga yang mendirikan Hotel Yamato yang kini bernama Hotel Majapahit. Sarkies bersaudara merupakan pedagang asal Armenia.

Toko Nam menjual barang provision en draken (P&D), makanan dan minuman, serta barang-barang kelontong dan termasuk toko yang beroperasi dengan memiliki suatu keunggulan. Keunggulan yang dimilikinya, yakni melayani pesan antar bagi pelanggannya.

Di sekitaran toko itu tersedia banyak sepeda yang biasa dipergunakan untuk mengantar barang pesanan pelanggan. Setelah melewati masa kolonial, pada pendudukan Jepang sampai masa kemerdekaan RI, pada 1961 akhirnya Toko Nam beroperasi kembali dengan memakai gedung dan nama yang sama.

Selanjutnya, pada 1962 Toko Nam mulai membentangkan gerainya menjadi toko serba ada (toserba) di Surabaya. Ketika 1970, Toko Nam yang berusia 16 tahun berkembang menjadi department dtore  terlengkap di kotanya. Kebutuhan apapun, mulai dari primer hingga sekunder, seperti produk fashion keluaran terbaru pun ada di sana.

Namun, sangat disayangkan, sebuah toko yang turut menjadi saksi pertarungan pemuda Surabaya itu kini tinggal sebuah nama. Bagian dari Toko Nam yang masih tersisanya hanya pilar-pilar beton.

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.