Sukses

Tips Menyulap Ruangan Jadi Segar dan Lucu dengan Kokedama

Sejak awal 2019, Ruba'i bersama Kelompok Tani Sekar Arum Dukuh Pakis membuka bisnis Kokedama. Ruba'i ingin kokedama dapat menghijaukan Surabaya dari dalam ruangan.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk menghijaukan kota yang terkenal panas ini. Salah satunya membangun banyak taman. Hingga 2019, sudah terdapat lebih dari ratusan taman yang mewarnai Surabaya, Jawa Timur.  

Bila Pemkot Surabaya sudah memperbanyak tanaman hijau di luar ruangan, Khoirur Ruba'i (58), Ketua Kelompok Tani Sekar Arum Dukuh Pakis mencari cara untuk menghijaukan kotanya dari dalam ruangan.  Caranya dilakukan lewat Kokedama. Pada awal 2019, dia merealisasikan bisnis Kokedama. 

"Kalau outdoor Surabaya sudah diurus sama Bu Risma, kokedama ini untuk menghijaukan di indoor atau dalam ruangan," ucap Ruba'i saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Selasa (24/9/2019).

Kokedama adalah seni penanaman praktis dan ramah lingkungan menggunakan limbah sabut kelapa. Awalnya, Ruba'i mendapatkan pelatihan dari Dinas Ketahanan pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya. Pada awal 2019, kokedama menjadi bisnis Kelompok Tani Sekar Arum Dukuh Pakis.

"Kokedama ini bisnis dari kelompok tani. Saya sebagai ketua, menjadi motor sekaligus promotornya saja,” lanjutnya.

Banyak anggota yang sudah aktif dalam memproduksi kokedama. Setiap menjelang pameran, semua anggota berkumpul di rumah Ruba’I untuk menyiapkan kokedama. Selain karena halamannya yang luas, seluruh alat, bahan, hingga pupuk sudah tersedia di kediaman Ruba'i.

Usaha Kokedama yang masih terbilang baru, jadi bisnis kokedama hanya fokus dalam kota saja. Pembeli dapat melihat langsung produk kokedama dengan berkunjung ke kediaman Ruba'i di Surabaya. Selain itu, kokedama juga sudah dipasarkan melalui Instagram dengan nama akun @java_kokedama_soerabaja.

"Belum berani kalau ke luar Surabaya, belum ketemu package yang pas agar kokedama enggak rusak tengah jalan," tutur Ruba'i.

Selama ini respons masyarakat terhadap bisnis yang dijalankan Ruba'i dan kawan-kawan terbilang baik. Banyak pengunjung datang ke rumahnya untuk membeli. Tak hanya warga setempat, pembeli dari Mojokerto dan Gresik juga sudah pernah membeli kokedama di kediamannya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Kokedama

Harga dari kokedama sendiri berbeda-beda, tergantung dari tanaman yang dipakai. Untuk saat ini, harga yang paling murah adalah Rp. 30.000.

"Kokedama paling murah 30 ribu, tergantung tanamannya. Biasanya kita pakai aglonema yang kelas menengah. Sedangkan yang paling mahal itu 100 ribu, menggunakan bamboo hoki," ujar dia.

Ruba'i juga menuturkan, hasil dari penjualan kokedama ini dapat mencapai keuntungan hingga 50 persen. Rencananya, Ruba'i ingin mulai memasukan produknya ke hotel dan perkantoran. Tak hanya itu, Ruba'i juga ingin melakukan sistem sewa untuk kokedama yang dijualnya itu.

"Jadi kalau sistem sewa, setelah kontrak satu bulan atau satu tahun, kokedama bisa dikembalikan kalau tiba-tiba rusak," kata dia.

Namun, rencananya itu masih terhambat dari kurangnya sumber daya manusia. Kendala lain adalah masih kurangnya transportasi untuk menjangkau skala yang lebih luas.

Selain menjual, Ruba'i juga menerima panggilan untuk mengajarkan pembuatan Kokedama. Ruba'i mengaku ingin membagikan ilmu pembuatan kokedama seluas-luasnya.

“Saya selalu dengan senang hati membagikan ilmu ini, saya ingin semua warga Surabaya kalau bisa menerapkan kokedama di rumahnya,” tutur Ruba'i.

Ia ingin Kokedama ini semakin meluas di Surabaya. Bahkan, Ruba'i berharap Surabaya dapat menjadi Kota Kokedama.

"Ayo kita bikin Surabaya menjadi Kota Kokedama. Kita tidak boleh kalah saing dengan yang ada di Jepang,” ucap Ruba'i penuh semangat.

3 dari 3 halaman

Tips Pembuatan Kokedama

Dalam wawancara dengan Liputan6.com, Ruba’I juga memberikan penjelasan tentang pembuatan kokedama yang selama ini dijalani.

Kokedama adalah seni penanaman unik yang datang dari Jepang. Bila Jepang menggunakan lumut sebagai bahan utama, Ruba'i menyiasatinya dengan limbah sabut kelapa.

"Di sini kan lumut susah, nah kita menyiasatinya menggunakan limbah sabut kelapa," ujar Ruba'i.

Ruba'i bercerita, Ia mengumpulkan limbah sabut kelapa dari orang-orang di pasar. Setelah dikumpulkan, limbah itu akan diproses hingga siap dibentuk menjadi kokedama. 

Ruba'i mengakui, letak kesulitan pembuatan kokedama terletak saat mengolah limbah sabut kelapa. Dibutuhkan proses yang panjang hingga sabut kelapa siap untuk digunakan menjadi kokedama.

"Setelah terkumpul, harus digiling, dicuci dengan bersih agar zat-zat sabut kelapa yang  mengandung asaman yang tinggi dan bahaya bagi tanaman sudah hilang," kata dia.

Tanaman hias yang bisa dipakai untuk kokedama sendiri adalah tanaman yang tidak berbunga dan berbuah. Ruba'i menuturkan, hanya tanaman hias yang terdiri daun atau tangkai yang bisa masuk dalam media tanam kokedama.  

"Kalau tanaman yang berbunga harus banyak matahari, sedangkan kokedama ini untuk indoor. Jadi kayak sangsivera, aglonema itu kita kemas," ujar dia.

Selain itu,perawatan kokedama jauh lebih mudah dibandingkan tanaman lain. Untuk jenis Aglonema, hanya butuh disiram satu minggu sekali. Sedangkan sangsivera, hanya butuh disiram setiap tiga sampai empat minggu sekali.  Begitu pula dengan pupuk. Pupuk cukup diberikan satu bulan sekali.

"Pupuk satu bulan sekali cukup. Pupuknya juga mudah hanya dengan micin, lalu ditaburkan ke atas potnya," kata Ruba'i.

Untuk itu, bagi pemilik kokedama yang hendak berpergian jauh dalam waktu yang lama, tidak perlu khawatir. Ruba'i memastikan, tanaman kokedama akan bertahan hidup walau lama ditinggalkan.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.