Sukses

6 Bangunan Peninggalan Belanda di Surabaya, Megah dan Bersejarah

Bangunan di Surabaya hasil peninggalan Belanda yang kini dimanfaatkan untuk kepentingan umum bangsa Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki sejarah panjang dengan Belanda. Selama kurang lebih 3 abad dijajah oleh Belanda, membuat pengaruh yang cukup banyak terhadap tampilan beberapa gaya arsitektur gedung wilayah di Indonesia, salah satunya kota Surabaya. 

Saat masa penjajahan, Belanda membangun gedung-gedung di wilayah Surabaya untuk kepentingannya. Bangunan-bangunan bergaya eropa yang megah tersebar di beberapa wilayah di Surabaya.

Setelah Indonesia merdeka, bangunan-bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan kini menjadi warisan bersejarah untuk kepentingan umum bangsa Indonesia. Meskipun usia bangunan-bangunan peninggalan Belanda ini sudah tidak muda lagi, namun masih dapat difungsikan dengan baik.

Bagi kamu yang suka wisata sejarah terutama kota tua, Bangunan-bangunan peninggalan Belanda ini sangat tepat untuk kamu kunjungi. Arsitektur yang megah khas Belanda dan sejarah bangsa Indonesia yang kental di dalamnya akan sangat sayang untuk dilewatkan.

Berikut 6 gedung peninggalan Belanda di Surabaya yang sudah di rangkum liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (23/9/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Gedung De Javasche Bank.

Gedung De Javasche Bank dibangun pada tahun 1829. Gedung ini menyimpan sejarah perbankan di Indonesia. Gedung De Javasche sempat digunakan sebagai Gedung Bank Indonesia pada tahun 1953.

Kini gedung tersebut difungsikan sebagai museum, ruang pameran dan bahkan dapat dijadikan sebagai studio foto yang menarik bagi siapapun yang berkunjung di sana. Gedung De Javasche Bank juga menjadi salah satu cagar budaya milik Bank Indonesia.

3 dari 7 halaman

2. Gedung Hallo Surabaya.

Gedung Hallo Surabaya dahulu dikenal sebagai Rumah Sakit Mardi Santosa. Gedung ini didirikan oleh Dr. Van Hoogstraten dan didesain bergaya arsitektur Eropa. Gedung ini berlokasi di Jalan Bubutan Surabaya.

Diberi nama Gedung Hallo Surabaya karena sejak tahun 2009 gedung ini telah diresmikan menjadi Restoran Hallo Surabaya. Meski kemudian restoran ini resmi ditutup, Gedung Hallo Surabaya kini merupakan bangunan cagar budaya.

4 dari 7 halaman

3. Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria.

Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria merupakan gereja tertua di Surabaya. Arsitekturnya bergaya Eropa Neo Gotic dengan jendela berbentuk bundar di setiap sisinya.

Jendela tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Gereja ini juga dikenal dengan nama Gereja Katolik Kepanjen dikarenakan lokasinya di Jalan Kepanjen tepat di depan SMP Negeri 2 Surabaya. Gereja ini dibangun pada tahun 1899 dan diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1900.

5 dari 7 halaman

4. Gereja Kristen Pregolan Bunder Indonesia

Gereja Kristen Pregolan Bunder Indonesia terletak di Jalan Pregolan Bunder. Gereja ini merupakan salah satu peninggalan Kolonial Belanda. Dibangun pada tahun 1918 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Arsitektur Gereja Kristen ini bergaya desain Kolonial Belanda yang berkembang di Surabaya pada tahun 1870 hingga 1920.

6 dari 7 halaman

5. Hotel Majapahit

Hotel Majapahit merupakan bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu peristiwa perobekan Bendera Belanda (merah putih biru) menjadi Bendera Indonesia (merah putih) oleh arek-arek Suroboyo kala itu. Awalnya Hotel ini bernama Hotel Yamato dan dibangun oleh Lucas Martin Sarkies.

Hotel yang terletak di jalan Tunjungan Surabaya ini banyak dikunjungi karena memiliki spot instagramable dan nilai sejarah yang tinggi. Hotel Majapahit adalah hotel kolonial Belanda yang didesain bergaya Art Nouveau oleh Alfred Bidwell.

7 dari 7 halaman

6. Gedung Negara Grahadi

Gedung Negara Grahadi dibangun pada tahun 1795 pada masa berkuasanya Residan Dirk Van Hogendorps. Awalnya, gedung ini digunakan untuk rumah kebun sebagai tempat peristirahatan pejabat Belanda dan terkadang sebagai tempat pertemuan dan pesta.

Gedung yang dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. W. Lemci ini sempat menjadai tempat perundingan Presiden Soekarno dengan Jenderal Hawtorn untuk mendamaikan pertempuran pejuang dengan pasukan Sekutu pada 9 November 1945.

Saat ini, Gedung Negara Grahadi menjadi tempat penerimaan tamu Gubernur Jawa Timur, pelantikan pejabat, dan upacara peringatan berbagai hari nasional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini