Sukses

Juanda Jadi Bandara Terpadat di Indonesia

Setiap jam, setidaknya ada 34 yang melintas di Bandara Juanda yaitu 27 merupakan pesawat regular, dua penerbangan ekstra dan lima penerbangan militer.

Liputan6.com, Jakarta - Bandar udara (bandara) Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur menjadi salah satu bandara terpadat di dunia. Ini ditunjukkan dari 400 pesawat yang terbang dan mendarat di Bandara Juanda.

"Pesawat yang terbang dan mendarat di Juanda mulai ada yang berbadan besar, sedang, dan kecil baik untuk penerbangan sipil maupun militer," ujar General Manaeger AirNav Cabang Surabaya Yasrul kepada wartawan dilansir Antara, Jumat (27/9/2019).

Ia menuturkan, setiap jam, setidaknya ada 34 yang melintas di bandara terbesar di Jawa Timur yaitu 27 merupakan pesawat regular, dua penerbangan ekstra dan lima penerbangan militer.

Untuk menangani lalu lintas penerbangan yang padat itu, ia menuturkan, Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) khususnya cabang Surabaya, telah memiliki tenaga pemandu lalu lintas udara andal yang terus mengawasi trafik pesawat selama 24 jam per hari.

"Kami memiliki 85 personel yang terbagi dalam tiga shift untuk bekerja 24 jam per hari," kata dia.

Untuk mendukung keselamatan dan keamanan penerbangan setiap hari di Bandara Juanda, AirNav Indonesia telah memasang sejumlah peralatan navigasi modern dan canggih yang digunakan pemandu lalu lintas udara, seperti advanced surface movement guidance and control system (ASMGCS) dan Clearance Delivery Unit (CDU).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Alat-Alat Canggih

Alat-alat canggih itu, menurut dia juga telah banyak digunakan di sejumlah negara lainnya dalam upaya memberikan keselamatan bagi penerbangan serta memudahkan pemandu lalu lintas udara dalam memantau pergerakan pesawat.

Ia menuturkan, fungsi ASMGCS yang dipasang di menara air traffic control (ATC) untuk mengamati pesawat saat melakukan pergerakan di landar hubung dan landas pacu. Selain itu juga untuk mendeteksi pergerakan pesawat baik menuju dan dari tempat parkir pesawat (apron) yang tidak bisa terlihat secara visual dari menara ATC jika hujan lebat.

"Sebelum ada ASMGCS keberadaan pesawat terbang hanya bisa terlihat pada siang hari saat hujan dan kondisi cuaca yang buruk. Tapi dengan ada alat itu maka pesawat bisa terlihat pada situasi apapun. Alat ini buatan Amerika Serikat yang juga bisa mengektahui posisi pesawat udara dengan akurat," kata dia.

Mengenai manfaat CDU, fungsinya memastikan semua pesawat yang akan berangkat telah memiliki rencana penerbangan yang valid serta memperoleh informasi yang relevan terkait kondisi cuaca.

Selain itu menjamin keselamatan, keteraturan dan kelancaran dalam pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan dengan mengurangi kepadatan pesawat di darat, mengurangi keterlambatan penerbangan, hingga data penerbangan menjadi lebih akurat dan terkoreksi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.