Sukses

ADB Rilis Daftar Kota Termacet di Asia, Bagaimana Peringkat Surabaya?

Asia Development Bank (ADB) merilis laporan ADB 2019 Update: Fostering Growth and Inclusion in Asia's Cities. Dari isi laporan tersebut merilis sejumlah kota paling macet di Asia.

Liputan6.com, Jakarta - Asia Development Bank (ADB) merilis laporan ADB 2019 Update: Fostering Growth and Inclusion in Asia's Cities. Dari isi laporan tersebut merilis sejumlah kota paling macet di Asia.

Dalam laporan itu menyebutkan kalau masalah tersebut umumnya disebabkan oleh "kurangnya transportasi umum yang efisien dan terjangkau". Mengutip laman bworldonline.com, Selasa (8/10/2019), ADB menyebutkan kalau Metro Manila menduduki peringkat teratas kota paling padat dengan populasi sedikitnya lima juta di negara berkembang Asia.

"Kota-kota besar dengan populasi lima juta atau lebih, cenderung memiliki kemacetan, waktu perjalanan puncak relatif lebih tinggi dalam peringkat kemacetan dari pada rata-rata," ujar Direktur Divisi Riset Ekonomi Makro ADB, Abdul Abiad.

ADB mempelajari 278 kota dengan memakai Google Maps, dan alat-alat lain untuk memperkirakan waktu perjalanan dengan mobil, kereta api dan bus. Di 278 kota, ADB melaporkan kalau rata-rata 24 persen lebih banyak waktu diperlukan untuk melakukan perjalanan di jam sibuk.

"Mereka menghitung rata-rata waktu tempuh menggunakan Google Maps, membandingkan waktu tempuh puncak dengan waktu tempuh tidak sibuk dan bagaimana perbandingan puncak waktu tempuh dan tidak aktif ini berbeda di setiap kota," tutur Abiad.

Laporan ini juga menggunakan kondisi kota pada malam hari dari National Oceanic and Atmospheric Administration, rute perjalanan dari Google Maps. "Kurangnya transportasi umum yang efisien dan terjangkau sering dianggap sebagai penyebab kemacetan perkotaan," dikutip dari laporan itu.

ADB menyebutkan, komuter di banyak kota di Asia tergantung pada transportasi umum termasuk layanan transportasi informasi, kurangnya transportasi umum yang efisien dan terjangkau sering dianggap sebagai penyebab kemacetan perkotaan.

Abiad menambahkan, sistem transportasi yang membantu orang untuk jalan dengan memiliki perencanaan lahan dan peraturan yang baik. Selain itu, ADB melaporkan kalau bus memiliki keuntungan dari biaya investasi lebih rendah dan implementasi yang kurang kompleks. Sedangkan angkutan masal dengan kereta api yang memiliki kapasitas angkut lebih besar tetapi membutuhan modal investasi lebih tinggi.

"Karena pembukaan layanan angkutan umum massal sering kali menaikkan tanah, penangkapan publik atas apresiasi tanah adalah opsi yang menjanjikan untuk mendanai infrastruktur perkotaan," ujar Abiad.

ADB menyebutkan kalau kepemilikan mobil di negara berkembang di Asia meski tumbuh cepat tetapi masih jauh lebih rendah dari pada di Amerika Serikat (AS).

Di banyak kota di Asia, sebagian besar penduduk kota bergantung pada transportasi umum termasuk layanan transportasi informal untuk bepergian dan menjalankan tugas sehari-hari.ADB pun menilai kalau meningkatkan transportasi umum sangat penting untuk mengatasi kemacetan. Dengan begitu dapat memperbaiki mobilitasi di dalam kota.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kota Paling Macet di Asia versi ADB

Berikut kota paling macet di Asia dengan populasi lebih dari 5 juta versi ADB:

1.Metro Manila

2.Kuala Lumpur

3.Yangon

4.Dhaka

5.Bengaluru

6. Hanoi

7.Kolkata

8. New Delhi

9. Pune

10. Ho Chi Minh

11.Jaipur

12. Bangkok

13.Hyderabad

14.Bandung

15.Mumbai

16.Chennai

17.Jakarta

18.Singapura

19.Karachi

20.Surabaya

21.Hong Kong

22. Ahmedabad

23.Lahore

24. Taipei

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.