Sukses

5 Bangunan Peninggalan Belanda di Surabaya

Berikut sejumlah gedung peninggalan Belanda yang jadi cagar budaya di Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi jajahan Belanda. Kurang lebih 3,5 abad lamanya Belanda menduduki Indonesia. Sekitar 3,5 abad menghuni Bumi Pertiwi, terkenang rasa Belanda di dalam segala aspek, terutama bangunan dan gedung-gedung.

Khususnya di Surabaya, Jawa Timur banyak berdiri bangunan bersejarah khas Eropa, siapa lagi yang punya jika bukan penjajah dan sekutu. Namun, setelah perang mereda, bangunan-bangunan dan sejarah-sejarah yang tersisa di setiap sudut Surabaya tetap sama.

Lama-kelamaan, bangunan-bangunan tersebut diwariskan kepada anak cucu, dan sekarang banyak yang menjadi situs sejarah atau cagar budaya.

Ada banyak cagar budaya peninggalan Belanda di Surabaya, ingin tahu apa saja? Simak ulasannya seperti dikutip dari berbagai sumber dan instagram @suroboyo.ku, ditulis Sabtu (4/1/2020):

1.Balai Kota Surabaya

Jika membicarakan cagar budaya di Surabaya, tak lengkap rasanya jika tidak membahas tentang Balai Kota Surabaya.Terletak di Jalan Wali Kota Mustajab, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Lokasi gedung balai kota ini berada di sebelah utara Gereja Maranatha. Balai Kota Surabaya dibangun pada saat Surabaya di bawah kepemimpinan Wali Kota G.J Dijkerman, yaitu wali kota ke dua.

Balai Kota Surabaya ini melewati dua tahap perancangan. Yang pertama pada 1915-1917 dan yang kedua sekitar 1920. Pada 1927 bangunan yang memiliki dua lantai itupun diresmikan.

Balai Kota Surabaya ini dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama G. Cosman Citroen dan pelaksanaan pembangunannya dikerjakan oleh H.V Hollandsche Beton Mij. Gedung utamanya mempunyai panjang 102 meter dengan lebar 19 meter.

Bangunan yang kental dengan nuansa modern yang kental dan disesuaikan dengan iklim Indonesia yang tropis. Di seberangnya terdapat taman untuk Anda duduk-duduk atau sekadar berjalan-jalan.

 

(Shafa Tasha Fadilla-Mahasiswa PNJ)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Gedung Grahadi

2.Gedung Grahadi

Selain Balai Kota Surabaya, cagar budaya lain yang terkenal adalah Gedung Grahadi. Gedung Grahadi ini berada di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur. Gedung tersebut dirancang oleh arsitek Belanda, W.Lemci. Sebelumnya gedung ini dikenal dengan nama tuinhuis. Dibangun pada 1794-1798 pada masa kekuasaan Belanda Dirk Van Hogendorp.

ama Grahadi diambil dari nama ruang pertemuan yang ada di gedung tersebut yang dinamakan Grahadi. Kata "Grahadi" juga diambil dari Bahasa Sansekerta "Graha" artinya rumah, dan "Adi" artinya derajat tinggi. Jadi, jika digabung keseluruhan Grahadi berarti rumah yang memiliki derajat tinggi.

Gedung ini pernah menjadi tempat perundingan Presiden Soekarno dengan Jenderal Hawtorn pada Oktober 1945. Kemudian pertemuan itu mendamaikan pertempuran pejuang dengan pasukan sekutu. Tak hanya itu, Gubernur Suryo yang merupakan gubernur ke-6 Jawa Timur juga pernah menolak ultimatum menyerah tanpa syarat pada Inggris pada 9 November 1945.

Desain arsitektur dari Gedung Grahadi kental dengan nuansa Belanda, hal itu tertuang pada pintu-pintu besar khas colonial yang diberi hiasan-hiasan.

Sekarang, Gedung Grahadi menjadi rumah dinas Gubernur Jawa Timur. Gedung Grahadi juga dipergunakan sebagai aula pertemuan atau untuk upacara dan acara-acara lainnya.

3 dari 5 halaman

Gedung Nasional Indonesia

3.Gedung Nasional Indonesia

Gedung sejarah yang berdiri di Surabaya selain Balai Kota Surabaya dan Gedung Grahadi adalah Gedung Nasional Indonesia.

Gedung Nasional Indonesia adalah menjadi salah saksi sejarah Bangsa Indonesia dan perjuangan Dr. Soetomo. mengutip dari buku berjudul Surabaya Punya Cerita Vol.1 karya Dhahana Adi, para pendiri GNI berjuang dalam mengupayakan kesejahteraan warga Surabaya pada kala itu.

Tanah untuk membangun GNI dibeli dari Tuan Ruthe dan Maxen seharga f.48.000 ditambah ongkos notaris, dan biaya balik nama sebesar f.2000 dan f.50.000. Padahal rencana awal pembangunan gedung tersebut menghabiskan biaya f.200.000.

Kemudian, pendiri GNI menyumbangkan dana pribadi sejumlah f.10.000. Mereka masih mencari dana lagi dengan mengadakan Pasar Derma Nasional di Kranggan, dan ternyata acara tersebut cukup sukses.

Masyarakat pun  turut serta berpartisipasi dalam pembangunan Gedung Nasional  Indonesia (GNI). Sekarang, Gedung Nasional Indonesia dijadikan cagar budaya oleh pemerintah setempat.

4 dari 5 halaman

Kantor Gubernur Jawa Timur

4.Kantor Gubernur Jawa Timur

Kantor Gubernur Jawa Timur merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Surabaya. Kantor ini dijadikan sebagai cagar budaya karena berdiri sejak colonial Belanda.

Kantor Gubernur Jawa Timur mengalami beberapa kali pemindahan. Pada masa Belanda, kantor gubernur menempati sebuah gedung di Jalan Jembatan Merah, Surabaya.

Kemudian pada 1929, dibangun Kantor Gubernur Jawa Timur yang baru. Letaknya di Jalan Pahlawan No. 110, Surabaya tepatnya di depan Tugu Pahlawan dan Kantor Pos Kebon Rojo. Liputan6 mengutip dari buku Jalan-Jalan Surabaya, enaknya ke mana? karangan Yusak Anshori dan Adi Kusrianto. Pada saat itu kawasan Kembang Jepun merupakan kawasan bisnis utama yang padat dan banyak kendaraan yang parkir di sekitar jalan.

Sehingga dengan berjalannya waktu, gedung kantor gubernur dipindahkan ke daerah yang belum padat. Gedung kantor yang baru mulai dibangun pada Mei 1929 oleh NV Nederlandsche Aanneming Maatschappij (Nedam) dan dirancang oleh W. Lemci. Gedung tersebut selesai pada Agustus 1931.

Kemudian pada 10 Desember 1931 bangunan ini digunakan sebagai kantor pemerintah kolonial Belanda. Kegiatan pemerintahan pun dipindahkan ke kantor baru yang kemudian difungsikan sebagai Gouverneurs Kantoor (kantor gubernur), residensi kantoor (kantor residen) dan CKC. Kantor gubernur di Jalan Pahlawan ini berada di atas lahan seluas 11.612 m2.

Gedung ini mempunyai gaya Roma dengan luas 7.865 m2 yang dimodernisasi. Pembangunan gedung ini digadang-gadang menelan biaya sebesar 805.000 gulden.

5 dari 5 halaman

Gedung PTPN XI

5.Gedung PTPN XI

Gedung PTPN XI merupakan peninggalan Belanda yang dulunya adalah Gedung Haandels Vereeniging Amsterdam (HVA) Comidites Straat atau disebut asosiasi pedagang Amsterdam. HVA  didirikan pada 1878.

Mengutip berbagai sumber, Senin (15/7/2019), HVA memiliki bisnis perkebunan terutama industri gula. Selain itu juga fasilitas kesehatan dengan adanya RS HVA Toelongredjo yang sebelumnya bernama Inlandsch Hospital Toelongredjo.

Gedung peninggalan HVA ini merupakah salah satu gedung terbesar pada zaman Belanda. Bahkan melambangkan konglomerasi industri gula pada saat itu. Gedung PTPN XI ini dirancang oleh arsitek Hulswit, Fermont dan Ed.Cuypers. Gedung ini dibangun pada 1911 dan selesai dibangun pada 1921. Peresmian gedung dilakukan pada 18 April 1925. Meskipun terlihat tua, siapa sangka jika Gedung PTPN XI ini ternyata tahan gempa, lho.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.