Sukses

Penyebaran Virus Corona bagi Ekonomi Indonesia dari Kacamata Dosen Unair Surabaya

Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Wisnu Wibowo, menanggapi imbas penyebaran virus Corona di Cina terhadap perekonomian di Indonesia.

Liputan6.com, Surabaya Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Wisnu Wibowo, menanggapi imbas penyebaran virus Corona di Cina terhadap perekonomian di Indonesia. Penyebaran virus Corona itu memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia, baik secara nasional maupun daerah. 

Ia menyebutkan, setidaknya ada dua sektor yang akan terkena imbasnya. Pertama, terganggunya proses produksi karena tertundanya impor bahan baku dan bahan penolong untuk industri manufaktur. 

“Pada sisi lain, ekspor pun bisa ikut terganggu, karena Cina merupakan salah satu negara pengimpor terbesar produk-produk Indonesia,” tuturnya di Unair Surabaya, Senin (24/2/2020). 

Kedua, mengancam sektor pariwisata dan turunannya. Hal ini karena jumlah wisatawan Cina adalah ketiga terbesar setelah Malaysia dan Singapura, baik di level Jatim maupun nasional. 

“(Turunan dari pariwisata tersebut) seperti sektor jasa akomodasi berupa hotel dan restoran, makanan minuman, kerajinan serta transportasi,” ucapnya.

Wisnu menekankan bahwa seluruh dunia dirugikan oleh penyebaran virus Corona tersebut. Hal yang diperlukan saat ini adalah kerja sama dan kolaborasi internasional untuk membatasi serta mengatasi dampak penyebaran virus Corona secepatnya.

Wisnu berharap pemerintah Indonesia juga turut andil mengatasi dampak negatif dari penyebaran virus Corona. Pertama, pemerintah dan pihak terkait seperti pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan pihak lainnya harus melakukan langkah antisipasi terhadap peluang penyebaran virus Corona di Indonesia.

“Hal ini mengingat bahwa interaksi dan mobilitas yang cukup tinggi di antara Warga Negara Cina dengan Warga Negara Indonesia,” ujarnya.

Kedua, secara ekonomi pemerintah pusat dan daerah dengan kekuatan fiskal yang ada, harus meningkatkan aktvitas realisasi belanja pusat dan daerah. Tujuannya, agar risiko kontraksi ekonomi dapat diminimalisir. 

Hal lain yang juga dapat ditempuh ialah meningkatkan konsumsi domestik atau menyasar daerah atau negara tujuan ekspor alternatif bagi produk Indonesia. Pemerintah Indonesia juga bisa mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan baku dan bahan penolong.

“Peristiwa ini dapat memberikan hikmah bagi pentingnya membangun kemandirian sektor ekonomi dan manufaktur Indonesia agar tercapai ketahanan ekonomi nasional,” kata Dosen Unair Surabaya ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.