Sukses

Mengenal Perusahaan Jamu Tertua di Indonesia Asal Surabaya (I)

Perusahaan asal Surabaya, Jawa Timur ini ketika awal berdiri bernama Djamoe Industrie en Chemicalien Handel “Iboe” Tjap 2 Njonja”.

Liputan6.com, Jakarta - Mendengar kata jamu mungkin yang ada di benak Anda, minuman tradisional Indonesia yang pahit. Akan tetapi, tahukah Anda, dari minuman tradisional ini telah menciptakan usaha jamu dari skala kecil, menengah hingga besar di Indonesia. Bahkan salah satu perusahaan tertua di Indonesia bergerak di industri jamu.

Perusahaan tersebut bernama PT Jamu  Iboe Jaya. Produsen jamu ini berdiri sejak 1910. Usia perusahaan sudah memasuki satu abad lebih, telah dijalankan empat generasi. Perusahaan asal Surabaya, Jawa Timur ini ketika awal berdiri bernama Djamoe Industrie en Chemicalien Handel “Iboe” Tjap 2 Njonja”.

Product Group Manager PT Jamu Iboe Jaya, Perry Angglishartono menuturkan, Jamu Iboe mulai memproduksi jamu berawal dari resep keluarga. Produksi jamu ini dibangun oleh Tan Swan Nio bersama salah seorang putrinya, Siem Tjiong Nio. Bermula dari toko kecil di Jalan Ngaglik 3-5 Surabaya, Jamu Iboe mengembangkan sayap bisnisnya. "Hingga kini toko kecil itu masih ada,” ujar Perry saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 6 Maret 2020.

Mengutip profil perusahaan, Jamu Iboe berawal dari usaha keluarga. Semua proses ditangani sendiri oleh Tan Swan Nio bersama putrinya, bahkan seluruh keluarga besarnya. Nah, nama Jamu Iboe ini juga terinspirasi dari bakti anak kepada ibunya. “Ibu itu selalu dinilai positif. Melindungi keluarga, simbol penerus generasi,” ujar dia.

Usaha jamu Iboe makin berkembang pada 1932. Perusahaan pun mulai merekrut tenaga kerja dari luar. Usaha jamu ini makin terkenal dari promosi mulut ke mulut lantaran mampu menyembuhkan wabah penyakit batuk. Pada 1932, warga Ngaglik terserang penyakit batuk. Racikan jamu Siem Tjiong Nio mampu menyembuhkan penduduk warga Ngaglik.

Usaha Jamu Iboe makin berkembang pesat. Bahkan pemasaran di luar pulau mulai dilakukan. Bali menjadi pulau pertama yang menikmati produk Djamoe Industrie en Chemicalien Handel “Iboe”. Warga pun tak perlu repot-repot untuk membeli di Jawa.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Usaha Makin Berkembang

Di masa pendudukan Jepang di Indonesia pada 1942, nilai penjualan semakin tinggi. Saat itu membantu Volksraad (pemerintahan kolonial waktu itu) melakukan penelitian untuk menghasilkan jamu yang berguna bagi masyarakat.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1945 pada masa kemerdekaan RI, perusahaan makin agresif mendekat pasar dengan memasang iklan di surat kabar. Berhasil mendirikan 11 cabang (filialen) dan 1.000 agen (agentschappen).

Era modernisasi produksi dimulai pada 1950. Sebagian proses produksi memanfaatkan mesin. Mesin gerabah dan giling adalah mesin pertama yang dipakai. Pada 1973, nama “Djamoe Industrie en Chemicalen Handel “IBOE” Tjap 2 Njonja” diganti. Namanya menjadi PT Jamu Iboe Jaya. Mengutip laman Jamu Iboe, perubahan nama ini salah satu keinginan pengelola untuk makin eksis di industri jamu di Indonesia. Perusahaan pun meningkatkan investasi untuk peralatan produksi.

Pada 1979, PT Jamu Iboe Jaya mulai melakukan terobosan teknologi dengan menggunakan aluminum foil untuk mengemas produksi. “Kemasan kami memakai aluminium untuk jamu tradisional bubuk, kalau lain mungkin pakai kertas,” ujar Perry.

Bisnis makin bertumbuh mendorong perusahaan untuk merelokasi pabrik dan kantor ke Desa Tanjungsar, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Di lokasi seluas 2,38 hektar, perusahaan ini melakukan proses produksinya sampai sekarang.

Tak hanya pabrik, perseroan juga memiliki kebun di Pacet, Mojokerto. Kebun tersebut dikelola mulai 1990. Meski demikian, menurut Perry, bahan baku produksi berasal dari supplier. Hal ini agar menjaga kualitas.  Perry menuturkan, saat ini pihaknya memproduksi sekitar 200 item jamu. ”(Kebun-red) hanya sebagai pendukung, dan bukan yang utama,” tutur dia. (Bersambung)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.