Sukses

Belajar Budi Daya Empon-Empon di Kampung Herbal Surabaya

Lurah Ngindengn Jangkungan Surabaya, Erna Sri Wulandari menuturkan, budi daya tanaman toga yang dilakukan warganya sudah berlangsung lama dan aktif sejak 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Kampung Herbal Surabaya, sesuai nama kampungnya, warga di wilayah tersebut membudidayakan tanaman empon-empon antara lain jahe, kunyit, temulawak hingga sambiloto. Diperkirakan, ada 172 jenis tanaman herbal yang dibudidayakan oleh warga.

Warga kampung yang membudidayakan tanaman empon-empon tersebut berada di Kampung Herbal, RT 09/RW 05, Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.

Lurah Nginden Jangkungan, Erna Sri Wulandari menuturkan, budi daya tanaman toga yang dilakukan warga sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, tapi mulai aktif pada 2015.

Warga di sana memanfaatkan tanah aset pemkot yang dulu merupakan rawa dan kemudian diubah menjadi Taman Herbal. “Karena memang dulu awalnya rawa-rawa dan dihuni banyak hewan, sehingga banyak yang yang kena demam berdarah. Nah, kemudian sama warga dimanfaatkan untuk budi daya berbagai jenis tanaman herbal,” tutur dia seperti dikutip dari Antara, ditulis Selasa, 10 Maret 2020.

Diketahui tanaman empon-empon bermanfaat untuk meningkatkan imunitas tubuh dari serangan virus. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang menyatakan empon-empon berkhasiat mencegah virus.

Erna menuturkan, ada sekitar 172 jenis tanaman herbal yang dibudidayakan oleh warganya, antara lain jahe, kunyit, dan juga temulawak. Tanaman ini bermanfaat untuk menambah imunitas tubuh.

"Jadi Taman Herbal (Kampung Herbal) ini bukan sulapan atau baru-baru saja dibuat, tetapi sudah lama sebelum ada virus corona,” tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berkunjung dengan Sistem Barcode

Sistemnya, Erna menyebut, warga melakukan pembibitan secara swadaya di lahan yang dahulu merupakan bekas rawa. Warga pun berbagi tugas satu dengan yang lain dalam proses budi daya. Selain dibuat produk minuman, hasil bibit tanaman herbal itu ternyata juga dijual warga untuk menambah pendapatan.

"Banyak warga dari luar juga yang membeli bibit tanaman herbal di sini. Selain itu, hasil tanaman herbal ini juga diolah warga menjadi produk minuman, seperti sinom, temulawak dan dititip-titipkan ke warung-warung untuk dijual," ujar dia.

Lambat laun, ternyata banyak warga luar Surabaya yang tertarik untuk berkunjung ke Taman Herbal tersebut. Bahkan, seringkali turis asing juga berkunjung untuk belajar pembibitan tanaman herbal.

Saat berkunjung ke lokasi ini, lanjut dia, pengunjung akan didampingi oleh guide atau pemandu yang akan menjelaskan berbagai jenis tanaman herbal di sana. Kini, Taman Herbal yang berada di wilayah Kelurahan Nginden Jangkungan ini menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Surabaya.

Namun begitu, perempuan berkerudung ini mengungkapkan, ada hal menarik yang bisa dijumpai ketika berkunjung di Taman Herbal Nginden Jangkungan ini.

Warga di sana, rupanya telah memanfaatkan sistem barcode untuk memudahkan pengunjung belajar berbagai jenis dan manfaat tanaman herbal di lokasi tersebut. Dengan menerapkan sistem barcode, pengunjung bisa mengetahui berbagai jenis nama dan manfaat tanaman toga yang ditanam.

"Sementara ini ada 60 jenis tanaman yang bisa dicek menggunakan barcode. Dari barcode itu bisa diketahui mulai jenis tanaman, nama latin, manfaat tanaman hingga cara pengolahannya," kata dia.

3 dari 3 halaman

DKPP Surabaya Beri Bantuan Bibit Tanaman TOGA

Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya telah lama memberikan bantuan bibit Tanaman Obat Keluarga (TOGA), termasuk di dalamnya empon-empon.

"Dari bibit bantuan itu, warga kemudian membudidayakannya. Ada yang di hamparan ada yang di meida polybag," ujar Kasi Pengembangan Pertanian Perkotaan, DKPP Kota Surabaya, Antin Kusmira.

Menurut dia, budi daya tanaman herbal yang dilakukan masyarakat sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, sebelum virus corona muncul, beberapa perkampungan di Kota Surabaya sudah melakukan budi daya tanaman herbal tersebut.

"Masyarakat sudah membudidayakan tanaman ini karena itu memang termasuk tanaman obat keluarga. Jadi, sebelum ada virus corona pun mereka sudah menanam," ujar dia.

Antin mengatakan, awalnya warga itu mengajukan permohonan ke DKPP agar dibantu tanaman toga dan di antaranya terdapat empon-empon. Dari bibit bantuan tersebut, kemudian dibudidayakan oleh mereka.

"Jadi kita kasih beberapa bibit tanaman empon-empon itu, ada jahe, temulawak, kunyit, kemudian mereka membudidayakan di kampungnya," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.