Sukses

Cerita Pratisia Bagikan Nasi Bungkus Bahagia dan Uang Rp 1 Juta

Pengusaha tas dan dompet di Pasuruan, Pratisia Kurniawati membagikan nasi bungkus bahagia kepada masyarakat membutuhkan.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah pengusaha asal Surabaya, Tom Liwafa membagikan paket kardus berisi mie, uang dan juga beras kepada masyarakat membutuhkan, kali ini seorang pengusaha Pasuruan melakukan aksi donasi.

Aksi tersebut dilakukan di tengah kondisi pandemi COVID-19 dan juga turut berdampak terhadap pengusaha tas di Pasuruan ini. Lewat unggahan video berdurasi 3:14 di akun media sosial instagram @pratisia.kurniawati pada 8 Mei 2020,  pengusaha tas bernama Pratisia Kurniawati (28) itu membagikan nasi bungkus berisi uang. Aksi donasi itu dilakukan bersama suaminya Ferry Angga Asmoro (31).

"Mau menyenangkan orang jangan bagi-bagi sampah, yuk bagi-bagi nasi bahagia sama ratu grosir tas gempol. Semoga ini jadi berkah bagi yang membutuhkan,” ujar Pratisia seperti dikutip dari unggahan video tersebut.

Dalam video tersebut, ia mengisi uang lembaran Rp 100 rbu dan Rp 50 ribu dalam bungkus nasi tersebut. Ia pun menulis dalam nasi bungkus tersebut dengan tulisan nasi bahagia grosir tas gempol. Pengusaha tas yang memulai usaha sejak 2016 ini membagikan nasi bungkus kepada masyarakat membutuhkan di Pasuruan.

Saat dikonfirmasi, Prastisia membenarkan hal itu.  "Iya benar.  Mulai jam 2 pagi pada 8 Mei. Ada yang langsung makan nasinya, bahwa mereka benar-benar membutuhkan makanan untuk berpuasa,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, ditulis Rabu (20/5/2020).

Aksi donasi yang dilakukan Pratisia ini berawal dari keprihatinan mengingat salah satu pihak yang membuat prank sampah.

"Saya dan suami melakukan balasan prank dengan kemasan yang sederhana namun di dalamnya ada keberkahan bahagia,” tutur dia.

Oleh karena itu, ia sepakat untuk membuat nasi bungkus dengan berwadah kertas minyak biasa. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan contoh kepada yang "mampu” lainnya tidak terlalu nampak mewah luarnya asal memberikan manfaat bagi mereka yang membutuhkan.

“Kami menyediakan 20 nasi bungkus. Per bungkus kita isi dengan uang Rp 1 juta,” ujar dia.

Pratisia mengelilingi Kota Pasuruan bersama suami sejak jam 2 pagi pada 8 Mei 2020 untuk mencari para pekerja malam. Ini lantaran pekerja tersebut harus bekerja ketika orang lain beristirahat.

"Kami bertemu dengan tukang sapu, tukang ambil sampah, penjual jagung godog yang dagangannya masih sangat banyak, nenek tua yang tinggal di depan ruko,” tutur dia.

Saksikan Video di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ajaran Orangtua

Ia mengaku kalau kedatangannya tidak mengundang kerumunan orang. Hal ini mengingat ia bersama suami hanya membawa nasi bungkus biasa. Pratisia menceritakan saat membagikan nasi bungkus tersebut ada raut wajah bahagia dari masyarakat yang membutuhkan.

Selain nasi berisi lauk pauk, ada sedikit uang buat mereka yang menyambung hidup terutama saat pandemi COVID-19. "Ada yang tangan sampai gemetaran, ada yang tak henti berucap syukur, ada yang spontan mencium uang tersebut dengan rasa syukur," tutur dia.

Prastisia mengaku kalau sudah dua tahun ini membagi-bagikan takjil selama 20 hari di depan tempat usaha. “Sebelum nasi bahagia, warga sekitar tempat usaha juga dibagi-bagikan sembako,”  kata dia.

Ia juga membagikan beras di satu kampung di Pasuruan, Jawa Timur yang warga kurang mampu. Ada 200 bungkus beras yang dibagikan pada 17 Mei 2020. Selain beras, ia juga membagikan parsel bahagia. Prastisia menuturkan, semua itu berasal dari dana pribadi.

Prastisia mengaku kalau sejak kecil sudah ditanamkan orangtua untuk berbagi kepada masyarakat membutuhkan. Hal itu termasuk sedekah berapa pun.

“Walau Rp 1.000 pun dan alhamdulilah menikah juga dengan orang yang suka bersedekah. Kami berdua sudah sangat amat percaya bahwa setelah sedekah kita makin banyak rezek. Tahu-tahu datang begitu saja, jadi kami percaya sedekah tidak akan membuat kami miskin,” kata dia.

Saat ditanya mengenai dampak COVID-19 terhadap usaha Pratisia, ia juga mengaku terkena imbas. Ia harus mengurangi pekerja meski produksi tas dan dompet tetap jalan. Ia menuturkan, saat ini hanya 30 pekerja yang masuk. Omzet usahanya pun turun sekitar 50 persen. Akan tetapi, ia menuturkan, hal itu masih cukup untuk makan.

"Omzet menurun 50 persen tapi juga tidak menutup mata untuk tetap bersedekah. Produknya sudah ada reseller di seluruh Indonesia sampai ke Wamena, Papua,” ujar dia.

3 dari 3 halaman

Pengalaman Jadi Sesuatu Berharga

Sebelum memulai usaha tas, Pratisia mengaku sudah menjalankan banyak usaha tetapi gagal. Sebelum menikah, ia pernah berjualan di dalam bus kota. Aneka ragam produk yang pernah dia jual. “Jual powerbank, pulsa, perdana cantik, sepatu ardiles, sandal eiger, dan kaos jersey,” kata dia.

Ia pun membuka usaha tas pada 2016. Saat itu ia menjadi pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Porong. Pratisia menceritakan kalau dirinya pernah rugi karena hujan deras lantaran banyak tas rusak. Selain itu, ada juga seseorang lubangi tas pakai rokok.

“Sempat ingin menyudahi kala itu. Tapi bandelnya kita selalu ingin mencoba. Hingga akhirnya dipertemukan, sama penjahit hingga bisa seperti sekarang,” ujar dia.

Pengusaha tas dan dompet ini menuturkan, pernah utang di bank dan orangtua. "Kebetulan orangtua pensiunan pabrik. Alhamdulilah sudah lunas semua utang-utang dahulu,” kata dia.

Ketika ia sudah produksi meski belum skala besar, ia juga mendapatkan tantangan. Ia pernah mendapatkan hinaan karena dirinya tidak pernah mengambil tas yang dulu pernah dikulak. “Si bos nya marah besar karena perkembangan saya bisa produksi sendiri,” ujar dia.

Ia pun mendapatkan pesan dari orangtua agar tidak membalas hinaan tersebut. “Jangan pernah dibalas. Kalau Allah Ridh kamu begini, walau bagaimana pun hinaannya, kamu akan tetap maju,” ujar dia.

Pratisia juga mengaku pernah tipu sebanyak Rp 5 juta karena transferan palsu. Pengalaman hidup tersebut menjadi sesuatu berharga bagi Pratisia. Hal itu membuat dia belajar untuk menata hidup di masa mendatang. “Jauh lebih kuat. Banyak pelajaran berharga di masa lampau,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.