Sukses

Permintaan Sayur Organik hingga Hidroponik Meningkat Saat Pandemi COVID-19

Di tengah pandemi COVID-19, permintaan produk organik dan hidroponik meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 telah berdampak terhadap seluruh sektor usaha. Ada usaha yang bertahan, tetapi ada juga yang terpukul. Meski demikian, di tengah pandemi COVID-19, permintaan produk organik dan hidroponik meningkat.

Salah satunya dirasakan oleh Maya Stolastika, pemilik twelve’s organics, komunitas yang menyediakan sayur dan buah-buahan organik.

Maya menilai, konsumen saat ini perhatian dengan kesehatan dan menjaga imunitas tubuhnya sehingga membeli makanan organik dan produk sehat. Jumlah konsumen pun naik dua kali lipat.

Ia menuturkan, biasa ada tiga konsumen baru, saat pandemi COVID-19 bisa ada 10 konsumen baru. Saat ini, konsumen yang dilayani Maya sebagian besar konsumen rumah tangga mencapai 175. Konsumen itu berasal dari Malang, Mojokerto, Surabaya, dan Gresik, Jawa Timur.

"Banjir konsumen dan permintaan. Ada kenaikan permintaan 200-250 persen," ujar dia, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat (3/7/2020).

Maya menceritakan, jika pada tahun sebelumnya pada kuartal pertama cenderung turun pendapatan dan juga dipengaruhi masa tanam. Saat pandemi COVID-19 justru naik untuk permintaan seperti labu, pakis, rimpang-rimpang diburu masyarakat.

"Rimpang-rimpang seperti jahe, kunyit, temulawak, lengkuas, laos, dan lemon," ujar Maya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mendulang Laba dari Selada Hidroponik

Tak hanya produk organik, tanaman sayuran hidroponik seperti Selada Mini Romaine juga diminati warga. Seorang warga Batu, Pandu Ari Wibowo memanfaatkan sistem hidroponik untuk usaha selada hidroponik.

Sistem hidroponik memanfaatkan media paralon dengan sirkulasi air yang terus diputar, membuat media tanah sama sekali tidak diperlukan.

Pandu mengaku dalam waktu 30 hari, tanaman selada sudah bisa dipanen yang berarti lebih cepat 15 hari dibanding bila ditanam langsung di tanah.

Selain mempercepat proses pemanenan, sistem hidroponik juga membuat sayuran tumbuh subur dan 100 persen bebas dari pestisida. Harga jualnya pun tergolong tinggi, di kisaran Rp 55.000 per 1 kilogram.

Dari 12 ribu batang selada yang ditanam, 50 kilogram selada siap dipanen dalam satu hari. Pada masa pandemi Covid-19, usaha yang telah dijalani Pandu selama 3 tahun ini bahkan tumbuh kian subur.

"Sampai sekarang orderan sayur masih terus meningkat, karena orang-orang sudah pada sadar akan kesehatan, dan sayuran hidroponik ini merupakan sayuran yang sehat, karena bebas dari semprotan bahan kimia dan kita hanya menggunakan media air pun sayur bisa tumbuh dengan baik," kata Pandu, seperti dikutip dari Fokus.

Laris manisnya usaha selada hidroponik ini, membuat Pandu pun mampu merekrut mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.