Sukses

Seorang Dokter di Sidoarjo Tutup Usia karena Terinfeksi COVID-19

Seorang dokter di Sidoarjo, Jawa Timur tutup usia karena COVID-19 pada Sabtu, 18 Juli 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang kembali dari dunia medis. Seorang dokter di Sidoarjo, Jawa Timur tutup usia pada Sabtu, 18 Juli 2020. Dokter tersebut bernama dr M.Ali Arifin dan merupakan anggota IDI Sidoarjo.

Demikian seperti diunggah dalam akun instagram @idijawatimur ditulis Selasa, (21/7/2020).  "Iya positif COVID-19,” ujar Ketua IDI Jatim dr Sutrisno, saat dihubungi Liputan6.com.

Sutrisno mengatakan, dokter Ali dirawat selama dua minggu di salah satu rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur. "Masih muda, dan tidak ada komorbid,” kata dia.

Dokter Ali memiliki klinik di daerah Candi, Sidoarjo.  Sutrisno menduga ada kemungkinan tertular karena kontak dengan pasien.

"Aktivitas di klinik. Kemungkinan besar dari pasien karena kontaknya dengan pasien. Beliau praktik di kliniknya, ada rawat jalan karena pasien yang bisa jadi orang tanpa gejala (OTG) atau sekarang konfirmasi tanpa gejala, ini bahaya," ujar dia.

Sutrisno menuturkan, seseorang dengan kasus konfirmasi tanpa gejala dapat berpotensi menularkan kepada orang-orang rentan yang mudah tertular COVID-19. Hal tersebut dapat menjadi masalah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IDI Jatim Dorong Tes Masif COVID-19

Dengan demikian, Sutrisno mendorong agar OTG tersebut dapat dijaring dengan menggelar tes masif COVID-19.

"Tes masif secara luas jaring OTG positif. Kalau yang dites adalah orang sakit, tidak kemana-mana. Ini OTG dapat menularkan karena bergerak kemana-mana oleh karena itu perlu screening masif,” ujar dia.

Ia menambahkan, setelah OTG tersebut didapatkan dari tes swab atau usap, kemudian lakukan isolasi ketat selama dua minggu.

"Berdasarkan ilmu pengetahuan dua minggu. Pada hari ke lima, enam dan tujuh gejala akan timbul dan mencapai peaknya. Tubuh akan mengenali kemudian membuat antibodi. Antibodi  naik sehingga virus dieliminasi. Virus itu dilawan dengan antibodi sehingga tidak berfungsi. Jadi isolasi 14 hari, virus itu tetap ada tetapi tidak berfungsi lagi," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.