Sukses

Kenalkan Bambang Guruh, Profesor Pertama Bidang Elektromedik di Indonesia

Selain menjadi guru besar pertama bidang elektromedik di Indonesia, Prof Dr Bambang Guruh Irianto AIM MM juga menjadi guru besar pertama di Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kini memiliki guru besar di bidang elektromedik. Hal itu setelah Dosen Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Surabaya, Prof Dr Bambang Guruh Irianto AIM MM dikukuhkan menjadi guru besar (gubes) pertama bidang elektromedik di Indonesia.

Selain menjadi guru besar pertama bidang elektromedik di Indonesia, dirinya juga menjadi guru besar pertama di Poltekkes Kemenkes Surabaya, dan guru besar ke-3 Politeknik Kesehatan se-Indonesia.

"Untuk mendapatkan gelar ini saya harus melalui proses panjang. Saya mendapatkan gelar doktor pada tahun 2004. Karena beberapa hal baru mendapatkan gelar profesor pada tahun ini," ujar pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, pada 9 Januari 1958, seperti dikutip dari Antara, Kamis, (23/7/2020).

Bambang menceritakan untuk menjadi profesor diwajibkan mempunyai jurnal yang terindeks scopus. Dia pun mendaftarkan sejumlah jurnalnya agar terindeks scopus sebagai syarat menjadi profesor. Namun, scopus tersebut tidak dihargai karena beberapa hal.

"Alhasil saya harus mengulang kembali hingga enam tahun. Pertama kali mendaftarkan scopus pada tahun 2014. Kesulitan lain karena dulu berkas-berkasnya harus hard copy, sementara sekarang bisa melalui daring. Jadi tinggal dimasukkan dan dinilai," tutur dia.

Bambang menjadi profesor setelah melakukan penelitian berjudul "Pengaruh Paparan Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Tinggi Terhadap Sel Imun". 

Penelitian tersebut dilakukan pada hewan coba mencit atau tikus putih. Mencit tersebut kemudian dipaparkan dengan alat diathermy untuk orang patah tulang.

"Biasanya standar pada alat diathermy kalau orang gemuk akan menerima dosis yang lebih besar. Kalau kurus kebalikannya atau tidak ada hitungan dosis. Saya kasih percobaan awal, kasih dosis agak tinggi, ternyata tikusnya mati. Karena dosis berlebihan akan ada kematian. Akhirnya waktu dosisnya dibalik, ternyata melebihi yang mati," kata lulusan doktor  Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga (Unair)  Surabaya  tersebut .

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peran Elektromedik

Dari penelitian tersebut disimpulkan manusia begitu sering terkena panas akan mampu beradaptasi dan dari kesimpulan tersebut bisa dihitung intensitasnya. 

Lebih lanjut Bambang menjelaskan elektromedik berperan sebagai pendukung dalam pengobatan pasien. Meski tidak langsung ke pasien, tetapi elektromedik mendukung petugas medis seperti perawat dan bidan.

"Alat-alat Elektromedik itu seperti USG, rontgen yang menggunakan x-ray. Dasarnya adalah keamanan untuk pasien. Kalau tidak terkalibrasi dengan baik. Contohnya pada alat thermogun, seseorang yang panasnya 36 derajat bisa dianggap 38 derajat. Itulah proses alat elektromedik," tutur pria yang pernah mengenyam pendidikan di  Akademi Teknik Rontgen/Elektromedik Jakarta ini.

Bambang bersyukur bisa menjadi guru besar bidang elektromedik pertama di Indonesia. Sebab, di Indonesia belum ada cabang ilmu khusus bidang elektromedik.

"Selain itu,  di dunia tidak ada yang spesifik. Ada tapi turunannya biomedical engineering. Membuat disiplin ilmu ini lama, harus punya rujukan. Kita punya keunikan. Clinical engiinering ada sub-subnya. Di luar negeri ada bagian radiologi sendiri. Di Indonesia masih gabung, itu yang sempat menjadi perdebatan. Saya tidak menyangka izinnya keluar," tutur dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya Bambang Hadi Sugito, M.kes mengaku bangga karena salah satu dosennya hingga menjadi guru besar pertama di bidang elektromedik.

"Memang sudah lama diharapkan. Ke depan kami mengusulkan beberapa profesor selanjutnya. Pecahnya telur ini menjadi berkah bagi kami," kata Bambang Sugito.

Dia berharap keberhasilan Bambang Guruh Irianto dapat memotivasi dosen lain di kampusnya sehingga akan ada lebih banyak guru besar yang mereka miliki.

"Ini perjuangan luar biasa. Pengusulannya betul-betul perjuangan. Ke depan diharapkan dosen lain dapat menjadi guru besar," ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.