Sukses

Suhu Udara di Surabaya Terasa Dingin pada Pagi hingga Malam Hari, Ada Apa?

Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto mengatakan seluruh daerah di Jatim sedang mengalami bediding. Apakah itu?

Liputan6.com, Surabaa - Surabaya, Jawa Timur lebih tiga hari terakhir sedang dilanda bediding, terasa hawa yang lebih dingin pada waktu pagi hingga malam hari. 

"Tiga hari yang lalu hawa lebih dingin terasa di malam hari, tapi hari ini pagi tadi sampai siang ini juga terasa hawa yang dingin," ujar Afif (30), warga Pengampon Surabaya, Senin (27/7/2020). 

Hal senada juga disampaikan Hadi (32) warga Waru Sidoarjo. Dia mengaku merasakan hawa dingin pada pagi hingga malam hari, tapi yang paling terasa ketika dini hari.

Ketika bangun tidur sekitar pukul 06.00 WIB, dia mengecek suhu di rumahnya mencapai sekitar 23 derajat celcius.

"Tidak biasa, biasanya sudah 28 derajat ke atas. Kerasa lebih dingin saja akhir-akhir ini. Brrrrr," ucapnya. 

Sementara itu, Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda, Teguh Tri Susanto mengatakan seluruh daerah di Jatim sedang mengalami bediding. "Kondisi ini hampir merata dirasakan di semua daerah di Jatim," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BMKG Juanda: Kondisi yang Wajar Saat Memasuki Musim Kemarau

Teguh menjelaskan, bediding ialah kondisi pada malam hingga pagi hari terasa lebih dingin dari biasanya. Namun, dia mengingatkan kondisi ini sebagai hal yang wajar ketika sedang memasuki musim kemarau.

"Itu wajar dan normal kalau musim kemarau," kata dia.

Bediding terjadi, lanjut Teguh, karena di musim kemarau tutupan awan pada malam hari lebih sedikit. Bahkan tidak ada sama sekali. Kemudian radiasi matahari yang sampai ke bumi adalah nol. Sehingga energi yang menghangatkan permukaan bumi adalah energi gelombang panjang yang dipancarkan bumi sendiri.

"Apabila kondisi berawan, maka energi yang dipancarkan ke angkasa, sebagian akan dipantulkan kembali ke bumi," ucapnya.

"Sebaliknya, jika tidak ada awan maka energi hangat itu tidak kembali dipantulkan ke bumi. Sehingga suhu udara semakin dingin," ia menambahkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.