Sukses

Perhatikan 3 Hal Ini saat Berkebun di Rumah

Urban farming yang identik dengan lahan terbatas begitu penting untuk dipelajari. Mengingat tingginya biaya yang perlu dikeluarkan untuk memperoleh sayuran dan buah terlebih yang organik.

Liputan6.com, Jakarta - Urban farming atau pertanian kota kini menjadi salah satu pilihan untuk perkuat ketahanan pangan. Dengan urban farming memanfaatkan lahan kota terbatas untuk menjadi tempat berkebun.

Berkebun meski dengan lahan terbatas diharapkan juga dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Penggiat Komunitas Jakarta Berkebun, Sita Pujianto pun membagikan pengalaman bercocok tanam di kawasan urban dalam webinar yang digelar oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan tajuk Mari Berkebun di Rumah.

Sita menilai, urban farming yang identik dengan lahan terbatas begitu penting untuk dipelajari. Mengingat tingginya biaya yang perlu dikeluarkan untuk memperoleh sayuran dan buah terlebih yang organik.

“Sehingga kita bisa melakukannya (urban farming-red), di mana saja, bahkan di teras rumah sendiri,” ujar dia, seperti dikutip dari laman ITS, ditulis Kamis, (20/8/2020).

Sita menuturkan, ada tiga kunci utama dalam melakukan urban farming, yaitu kondisi tanah, varietas tanaman, serta iklim.

Jika menghendaki konsep organik, sesungguhnya elemen pentingnya ada pada kondisi tanah yang baik. Penggiat komunitas Jakarta Berkebun tersebut pun tak tanggung-tanggung kemudian mempraktikan cara meracik media tanam langsung dari teras kebunnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hal Terpenting saat Melakukan Urban Farming

Sita memaparkan, proporsi tanah, sekam bakar, dan kompos yang baik adalah 1:1:1, sekam bakar memiliki peran penting untuk mempermudah sirkulasi udara dalam tanah.

Selain media tanam, Sita juga menyinggung tentang hama pada tanaman. Sebagai indikator dari kualitas tanaman dan keseimbangan ekosistemnya, hama tidak sepatutnya dibasmi dengan menggunakan pestisida.

Menurut Sita, solusi yang lebih tepat untuk menanggulangi permasalahan hama adalah dengan mencegah kedatangannya.

"Untuk tanaman yang diserang hama sendiri, biasanya saya hanya potong beberapa daun yang diserang atau jika tidak memungkinan saya akan cabut keseluruhannya agar tidak mengganggu kehidupan tanaman yang lain,” ungkap Sita.

Sita mengungkapkan hal yang terpenting saat melakukan urban farming di masa pandemi ini yaitu tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Masyarakat diimbau untuk fokus kepada pemenuhan tumbuhan organik sesuai dengan kebutuhan.

"Apabila berkebun karena memang untuk menyediakan ketersediaan pangan keluarga, kita dapat fokus kepada sayuran yang sering kita konsumsi,” pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Tingkatkan Kualitas Lingkungan

Kepala Unit Pengembangan Smart Eco Campus ITS, Susi Agustina menanggapi soal berkebun di rumah sebagai kegiatan yang banyak menyimpan manfaat.

Tak hanya ikut menyokong kebutuhan pangan keluarga, berkebun di rumah juga bisa menjadi kontribusi bersama untuk meningkatkan kualitas lingkungan. “Harapannya, semua orang mau diajak berkebun dengan adanya manfaat-manfaat tersebut,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.