Sukses

PLN Pasuruan Kembangkan Electrifying Agriculture untuk Petani Bawang

Electrifying agriculture adalah menggantikan fungsi matahari di malam hari dengan memanfaatkan listrik sebagai pelindung tanaman dari hama sehingga bisa tetap produksi.

Liputan6.com, Jakarta - PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Pasuruan, Jatim membantu petani bawang di Desa Curahsawo, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo meningkatkan keuntungan dan hasil produksinya dengan mengembangkan metode bercocok tanam konvensional menjadi electrifying agriculture.

Manager UP3 Pasuruan Maria Goretti mengatakan, electrifying agriculture adalah menggantikan fungsi matahari di malam hari dengan memanfaatkan listrik sebagai pelindung tanaman dari hama sehingga bisa tetap produksi, Selasa, 13 Oktober 2020.

"Selama ini para petani hanya mengandalkan cahaya matahari dan jaring untuk melindungi tanaman dari hama. Banyak kekurangan yang ditemui, mulai dari biaya sewa jaring, masuknya hama sehingga biaya obat membengkak," kata Merry, sapaan akrab Maria kepada wartawan, dilansir dari Antara.

Merry menuturkan, program electrifying agriculture di Pasuruan diberi nama "Sikat Libas" (Sinergi Kawasan Terang Listrik Bawang krakSaan).

"Di masa pandemi ini menjadi peluang bagi kami untuk membantu para petani bawang tingkatkan produktivitasnya. Kami memberikan kemudahan proses penyambungan listrik, mengedukasi simulasi tarif listrik," kata Merry, menjelaskan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keistimewaan Bawang Probolinggo

Sementara itu, seorang petani bawang, Masdikun mengakui metode yang diberikan PLN Pasuruan membuat hasil bawang merah di Probolinggo lebih enak dan lebih gurih dibanding bawang lainnya.

"Kalau kita biasa masak menggunakan 1.000 gr bawang merah biasa, dengan bawang Probolinggo hanya butuh 750 gr. Apalagi sejak beralih menggunakan listrik PLN, hasil produksi dapat meningkat, kami bisa bekerja di malam hari dengan penerangan PLN ditambah hama semakin berkurang," katanya.

Ia menjelaskan pada September 2020, sebanyak 10 petani bawang beralih menggunakan listrik, mendaftar daya 900 VA. Hasilnya dengan luas lahan 1 hektare bisa menghemat Rp110.000.000, dan satu tahun bisa 4 kali tanam, maka dalam setahun bisa untung Rp440.000.000 per hektare.

Menanggapi hal ini, General Manager PLN UID Jatim Nyoman S Astawa dikonfirmasi mengakui bangga karena PLN dapat menguatkan dukungan kepada sektor pertanian.

"Electrifying Agriculture juga kami lakukan untuk petani buah naga di Banyuwangi, Listrik Persawahan di Madiun, Agrowisata Taman Suruh di Banyuwangi, dan yang terbaru ini ada Wisata Tani Betet di Nganjuk, dimana kami juga sedang dalam tahapan membangun edukasi electrifying agriculture kepada masyarakat khususnya petani di lokasi tersebut melalui program PLN Peduli," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.