Sukses

Banyak Crazy Rich Dadakan, Kampung Miliarder di Tuban Diserbu Sales Mobil  

Dengan didampingi rekannya sesama sales, tampak brosur jenis mobil pun dipegang di tangannya. Lina mengatakan, pihaknya baru pertama kali masuk di Desa Sumurgeneng, Tuban.

 

Liputan6.com, Surabaya - Berbekal rumor yang beredar di media massa, para sales mobil dari lintas daerah beramai-ramai berdatangan mencari konsumen ke Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Salah satunya, yakni sales dealer mobil yang berasal dari daerah Sidoarjo.

Desa tersebut viral dan dijuluki "kampung miliarder" karena ratusan warga setempat menjual lahannya ke PT Pertamina untuk kepentingan pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) yang bekerjasama dengan perusahaan Rusia, Rosneft.

"Kemarin kan rumornya ada desa miliarder dadakan ya," ujar Lina, Sales Wuling Motors Sidoarjo, Sabtu (20/2/2021).

Dengan didampingi rekannya sesama sales, tampak brosur jenis mobil pun dipegang di tangannya. Lina mengatakan, pihaknya baru pertama kali masuk di Desa Sumurgeneng, Tuban.

Menurutnya, mereka sengaja datang langsung dari Sidoarjo karena ditugasi oleh pihak kantor tempatnya bekerja. Tentunya dengan harapan agar orang kaya baru di kampung miliarder Tuban ini bisa jadi konsumennya.

"Belum dapat, ini kita datang bersama 4 orang," kata Lina.

Sementara itu Priyanto (30) salah seorang warga Desa Sumurgeneng mengaku, banyak pihak dealer mobil dari berbagai daerah yang berdatangan atau jemput bola dibeberapa hari terakhir ini, pasca warga kampungnya viral membeli mobil bersamaan.

"Kalau sekarang ya sudah ada 200 lebih yang udah beli, kemarin ya datang lagi mobil Pajero Sport," ungkapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tetap Jualan Kopi

Priyanto menuturkan, sudah membeli satu mobil sejak lama pasca pencairan pertama dari penjualan tanah orang tuanya ke PT Pertamina.

"Saya dapat Rp 4,5 miliar, biasanya itu dulu ditanami kacang dan jagung. Dulu itu belinya Rp 20 juta pada tahun 2004," tuturnya.

"Sekarang tanah di sini mahal, per meter harganya bisa Rp 2 juta lebih," kata Priyanto lagi.

Lebih lanjut, meskipun kini sudah menjadi salah seorang miliarder, dirinya mengaku akan tetap menekuni aktivitasnya sehari-hari dengan menjadi penjual kopi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.