Sukses

Anak Muda, Ayo Melek Literasi Digital

Koordinator Penggerak Milenial Indonesia (PMI) M Adhiya Muzakki mengajak anak muda Indonesia untuk melek digital di era disrupsi informasi.

Liputan6.com, Jakarta - Koordinator Penggerak Milenial Indonesia (PMI) M Adhiya Muzakki mengajak anak muda Indonesia untuk melek digital di era disrupsi informasi. Menurutnya, tingkat literasi digital anak muda saat ini masih minim.

“Kami menilai, hal yang paling urgen untuk didorong peningkatannya adalah kemampuan berpikir kritis tentang media dan data,” ujar Adhiya dalam webinar "Melek Digital Ala Milenial: Cerdas Bermedia Sosial Melalui Literasi Digital", pada Selasa (29/6/2021).

Minimnya tingkat digital literasi juga disampaikan oleh anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi. Dalam pemaparannya, Bobby menyebutkan bahwa indeks literasi digital belum mencapai skor baik (4.00), baru sedikit di atas sedang (3.00).

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pemerintah bersiap meluncurkan program Literasi Digital Nasional (Siberkreasi) dengan mengusung tema Indonesia Makin Cakap Digital 2021.

“Tahun 2021 ini direncanakan akan diadakan 20 ribu program pelatihan berdasar modul dan kurikulum yang menyasar empat pilar literasi digital yaitu etika, keterampilan, digital budaya serta keamanan,” paparnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masuk Kurikulum

Founder Media Wave, Yose Rizal setuju dengan media sosial agar masuk ke dalam kurikulum pembelajaran. Alasannya adalah agar media sosial dan realita sejalan.

“Bagaimana mereka bisa tumbuh dengan baik jika di berikan hoax, mencaci maki presidennya. Bagaimana anak-anak kita bisa tumbuh dengan baik,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto memberikan tips untuk melek literasi digital.

Pertama, mendaftar dan menganalisis isu-isu kontemporer melalui teknik CFR (Conclusion, Finding, Recommendation).

Kedua, membuat peer group untuk sharing dan melakukan aksi literasi bersama. Dan ketiga, mempublikasikan narasi sehat dan kontra narasi dari hoax. Keempat, melakukan advokasi.

"PMI ini sebagai peer group, mempublikasikan narasi dan mengkontrol narasi, yang terlahir melakukan advokasi. Peran kita itu menjadi peran elaboratif. Sebab bangsa ini terlalu besar untuk di kerjakan satu kelompok, membutuhkan banyak kelompok,” tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.