Sukses

5 Fakta Kampung Peneleh, Kampung Tertua di Surabaya

Kampung Peneleh berada di kawasan Jalan Peneleh, Surabaya. Kampung ini adalah perkampungan tertua di Kota Pahlawan.

Liputan6.com, Surabaya- Kampung Peneleh berada di kawasan Jalan Peneleh, Surabaya. Kampung Paneleh adalah perkampungan tertua di Kota Pahlawan.

Peneleh juga merupakan perkampungan tertua di lir Brantas (pinggir aliran sungai Brantas). Buku'Oud Soerabaia' tahun 1931 mengidentifikasi Peneleh sebagai perkampungan tertua di Surabaya karena salah satu cirinya yang ebrada di lir Brantas. Ketika itu, Brantas menjadi pusat transportasi masyarakat di zamannya.

Dikutip dari berbagai sumber berikut lima fakta Peneleh, kampung tertua di Surabaya

1. Kampung Bung Karno

Presiden pertama RI Soekarno, lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6, Juni 1901. Rumah kelahiran Soekarno berada di Jalan Pandean IV, nomer 50, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Rumah Bung Karno yang penuh dengan kenangan itu kini telah ditetapkan menjadi cagar budaya di kawasan permukiman Peneleh tersebut. Tepat di depan rumah bersejarah itu terdapat lukisan mural bertuliskan "Di sini tempat kelahiran Bapak Bangsa Dr Ir Soekarno, Penyambung lidah rakyat, Proklamator, Presiden Pertama RI, Pemimpin Besar Revolusi”.

Oleh karena itu, warga setempat juga menamakan Kampung Peneleh sebagai Kampung Bung Karno

2. Kampung Seribu Makam

Salah satu ciri perkampungan kuno di Surabaya ini adalah keberadaan makam di tengah permukiman warga. Konon dulu, setiap warga di Kampung Peneleh memiliki makam keluarga yang terletak di area rumahnya.

Sehingga ketika sekarang Peneleh menjadi kawasan pemukiman padat penduduk, makam-makam tersebut ada di antara rumah mereka. Keberadaan makam-makam tersebut masih ada hingga sekarang. Bahkan saat melintas di Peneleh gang VII, akan dijumpai makam keluarga yang melintang di tengah jalan kampung.

Beberapa makam tersebut juga memiliki nama-nama para ulama yang dulu pernah tinggal di Kampung Peneleh.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masjid Peninggalan Sunan Ampel

3. Masjid Peninggalan Sunan Ampel

Di kampung Peneleh juga terdapat sebuah peninggalan kuno yang terkenal, yakni Masjid Jami’ Peneleh. Lokasinya di Peneleh Gang V.

Masjid Jami’ Peneleh disebut-sebut sebagai masjid tertua di Surabaya yang merupakan peninggalan Sunan Ampel. Dulu, Sunan Ampel melakukan perjalanan bersama rombongannya dari ibu kota Majapahit menyusuri Kalimas menuju Ampeldenta.

Ia memutuskan mampir di Peneleh karena mendengar di kawasan tersebut telah bermukim komunitas muslim. Namun, mereka belum memiliki tempat ibadah yang layak. Sunan Ampel lantas memimpin rombongannya beserta warga setempat dalam pembangunan Masjid Jami' Peneleh yang awalnya hanya berupa langgar.

Pada masa pertahanan kemerdekaan, masjid ini kemudian dijadikan tempat berembug Laskar Hizbullah menyusun strategi melawan penjajah Belanda.

 

3 dari 3 halaman

Rumah HOS Tjokroaminoto

4. Rumah HOS Tjokroaminoto

HOS Tjokroaminoto, yang dikenal sebagai guru bangsa sempat bermukim di Kampung Peneleh. Tjokroaminoto pindah ke Surabaya pada September 1907 bersama istrinya Soeharsikin, dan lima anaknya Oetari, Oetarjo Anwar, Harsono, Islamiyah, dan Sujud Ahmad.

Rumah bersejarah ini terletak di Peneleh gang VII nomor 29—31 Surabaya. Tjokroaminoto juga menampung pemuda-pemuda yang sekolah di lembaga pendidikan milik Pemerintah Hindia Belanda. Di rumah ini pula Tjokroaminoto sering bertukar pemikiran dengan Tan Malaka ataupun Presiden Soekarno, yang saat itu sedang melanjutkan pendidikan di Hogere Burger School, Surabaya.

5. Kompleks pemakaman De Begraafplaats Peneleh Soerabaja

Di kawasan Peneleh akan dijumpai pula makam Belanda dengan luas area pemakaman 4,5 hektare. Kurang lebih ada 15 ribu jenazah yang dimakamkan di tempat ini. Makam ini bernama resmi De Begraafplaats Peneleh Soerabaja yang dibangun 1814. Makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi golongan atas kaum Eropa yang pernah bermukim di Surabaya.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.