Sukses

Panen Raya Sistem Ubinan HKTI-Biotani di Kepanjen Malang

Perempuan Tani (Pertani) HKTI dan PT Tunas Harmoni Abadi (Pupuk Biotani) sukses panen raya di Panggungrejo Kepanjen, Kabupaten Malang.

Liputan6.com, Malang - Perempuan Tani (Pertani) HKTI dan PT Tunas Harmoni Abadi (Pupuk Biotani) sukses panen raya di  Panggungrejo Kepanjen, Kabupaten Malang.

Sinergi Pertani HKTI-Biotani mendapatkan respons positif dari petani. Mereka membantu memberikan alternatif solusi bagi berbagai permasalahan pertanian, seperti gagal panen, ancaman hama dan pestisida, serta kerugian akibat cost dengan hasil panen tidak seimbang.

Direktur Utama Pupuk Cair Biotani Muhammad Ali menyatakan, panen raya ini menggunakan sistem ubinan.

"Dari hasil ubinan diketahui biaya saprodi, yaitu total biaya yang digunakan untuk pembelian sarana produksi dalam usahatani berkurang 100 %. Sebaliknya, produktivitas meningkat. Sesuai testimoni dari Pak Raddik (petani), bahwa hasil ubinan adalah 3,395 untuk luasan 1,5 x 1,5 meter. Konversi 14,7 t/ha," ujarnya, Senin (16/8/2021).

Biotani yang sekarang telah berusia 15 tahun, juga mengenalkan program Kemitraan dengan petani, yaitu pendampingan melalui paket saprodi yang tidak memberatkan petani karena pihak Biotani akan melakukan dampingan hingga tercipta peningkatan menunjukkan produktivitas hasil pertanian dengan biaya lebih rendah daripada saprodi kimia.

Ketua Pertani HKTI Jatim Lia Istifhama menyatakan, sinergi yang dilakukan bersama Biotani, bagian dari penguatan spirit agraris yang digelorakan oleh orsap HKTI tersebut. Selain itu, pentingnya bahan organik sebagai ikhtiar mewujudkan lingkungan yang lebih sehat.

"Dari masa Pandemi, kita disadarkan akan pentingnya kesehatan. Kesehatan bisa mencakup dua hal, internal dan eksternal," ujarnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Resiliensi Diri

Faktor eksternal adalah lingkungan yang sehat, di antaranya melalui pengurangan bahan kimia karena berpotensi menjadi limbah dan sebagainya.

Sedangkan faktor internal adalah bagaimana kita memiliki keterpnuhan pangan yang berasal dari sumber daya hayati, yaitu alami dari pertanian, perikanan, peterenakan, perkebunan.”

Selain penguatan bahan alami atau organik, Lia juga menekankan pentingnya spirit ketangguhan atau yang disebutnya resiliensi diri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.