Sukses

Wali Kota Malang: Banjir Tahun Ini Terparah dalam 20 Tahun Terakhir

Ratusan warga di sejumlah wilayah di Kota Malang terpaksa mengungsi dari rumah pada Kamis malam.

Liputan6.com, Malang - Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, dapur umum telah didirikan di posko pengungsi korban banjir. Termasuk memasok kebutuhan selimut bagi warga terdampak.

“Ada juga sumbangan swadaya warga demi membantu tetangga mereka yang terdampak,” ujarnya, Kamis (5/11/2021).

Tim di lapangan dibantu relawan terus mendata kerusakan dan kebutuhan warga terdampak. Sejauh ini belum bisa ditaksir kerugian akibat bencana alam tersebut. Sutiaji menyebut banjir pada tahun ini termasuk yang terbesar sejak dua puluh tahun terakhir.

“Banjir tahun ini adalah yang paling parah,” kata Sutiaji.

Ratusan warga di sejumlah wilayah di Kota Malang terpaksa mengungsi dari rumah pada Kamis malam. Sebab tempat tinggal mereka terendam air bercampur lumpur, dampak dari banjir Kota Batu yang lebih dulu terjadi pada sore harinya.

Kampung Putih di Rampal Celaket jadi salah satu yang cukup terdampak banjir di Malang. Hampir 200 kepala keluarga mengungsi sementara di aula Taman Wisata Senaputra. Dari pantauan, di kampung ini sebuah rumah hanyut terbawa banjir dan dua rumah rusak berat.

“Rumah saya hanyut karena dihantam banjir lumpur disertai kayu besar,” kata Rohman, seorang warga RT 7, Kampung Putih Rampal Celaket, Kota Malang, Kamis, 4 November 2021.

Musibah itu terjadi tepat sebelum adzan magrib berkumandang. Rohman ketika itu hendak mandi di toilet umum yang berada di tepi sungai. Ia urung mandi, bergegas lari menyelamatkan diri begitu melihat air bercampur lumpur dan kayu cepat meluap masuk ke permukiman.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kelihangan Uang Rp 3 Juta

Pria berusia lebih dari 60 tahun yang sehari – hari bekerja sebagai tukang becak ini mengaku kehilangan uang sebesar Rp 3 juta. Tabungan hasil jerih payahnya yang disimpan di dalam rumah turut hilang bersama rumahnya yang hanyut ke sungai.

“Langsung lari saja, baju yang saya pakai ini tadi juga diberi tetangga. Uang simpanan itu satu-satunya harta saya,” ucap Rohman yang tinggal seorang diri di rumahnya.

Kampung Putih tepat berada di tepi Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Bagi warga, luapan air beserta lumpur ke permukiman dengan ketinggian hampir sekitar 1 meter ini kali pertama terjadi setelah sekian tahun. Peristiwa serupa terakhir kali terjadi pada 2001 silam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.