Sukses

Balita Tanjungsari Surabaya Ini Berkelamin Ganda dan Kurang Gizi

Surahman mengatakan, menjelang persalinan istrinya disebut normal dan tak memiliki gejala apa pun.

Liputan6.com, Surabaya - Balita Laila Fitriyah, anak kedua dari pasangan Surahman (41) dan Yuliani (34) warga Jalan Tanjungsari, Kecamatan Tandes, Surabaya, memiliki kelamin ganda dan kekurangan gizi.

Surahman mengatakan, menjelang persalinan istrinya disebut normal dan tak memiliki gejala apa pun. Saat itu, istrinya melakukan persalinan di salah satu rumah sakit ibu dan anak di Kota Surabaya.

"Setelah Fitriyah lahir, dokter di rumah sakit setempat menganjurkan agar Fitriyah dibawa ke RSUD Dr. Soetomo. Saat itu, kami tidak mengetahui bahwa Fitriyah berkelamin ganda," ujarnya, Kamis (3/2/2022).

Surahman dan istrinya hanya bisa menuruti saran dari dokter tersebut untuk membawa Fitriyah ke RSUD Dr. Soetomo karena tak ingin anaknya jatuh sakit.

"Jadi, saat dia lahir langsung dirujuk ke RSUD Dr Soetomo, langsung diperiksa, tes darah juga, ternyata kondisinya normal. Cuma nginep satu malam saja terus pulang," kata Surahman.

Sebulan pasca lahir, lanjut Suharman, Fitriyah mulai menunjukkan gejala kurang sehat. Balita yang akan genap berusia dua tahun pada bulan depan itu memiliki gejala demam tinggi, muntah hingga tak mau minum Air Susu Ibu (ASI).

Surahman segera membawa Fitriyah ke dokter dan menanyakan gejala-gejala yang dialami anak bungsunya itu. Saat itu, barulah dokter menyampaikan bahwa Fitriyah memiliki kelamin ganda.

"Setelah hampir satu bulan, baru dia ada tanda-tanda mulai muntah, panas, nggak mau minum susu. Nah, di situ baru dokter mengutarakan kalau ini anaknya kelaminnya ganda. Ini harus minum obat terus soalnya hormonnya ini kurang bekerja dengan baik. Jadi harus diperiksa semua," ucap Surahman.

Hasil diagnosa dari rumah sakit pun menunjukkan jika Fitriyah tergolong dalam balita yang memiliki kelainan.

Kata Surahman, dokter yang mengobati anaknya itu menyebut jika Fitriyah tergolong dalam balita Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH), yakni penyakit keturunan yang membuat penampilan fisik seorang wanita tampak lebih maskulin (ambigous genitalia).

"Selama satu minggu berobat ke dokter, habis itu kondisinya membaik. Satu minggu kemudian, dia sakit lagi," kata Surahman.

Suharman kemudian membawa anaknya ke RS Bhakti Darma Husada Surabaya. Karena fasilitas dan peralatannya kurang lengkap, Fitriyah kembali dibawa ke RSUD Dr. Soetomo.

"Karena gizinya kurang, dokter di RSUD Dr Soetomo tak langsung mengambil tindakan operasi untuk menangani kelainan kelamin ganda yang ada di tubuh Fitriyah," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Operasi Tunggu Berat Badan Naik

Surahman mengatakan, dokter tak berani melakukan operasi terhadap Fitriyah karena kondisi berat badannnya yang kurang.

"Pernah nanya ke Dokter di RSUD Dr Soetomo, itu nunggu anaknya sehat, sama berat badannya naik dulu, kalau anaknya stabil sehat, berat badannya naik nanti akan dilakukan tindakan selanjutnya. Jadi untuk sementara kita nunggu kondisi anak," tutur Surahman.

Kondisi kurang gizi ini tak lepas dari keadaan ekonomi orangtua Fitriyah yang tergolong menengah ke bawah.

Ayah Fitriyah hanya seorang kuli bangunan dan terkadang juga kerja serabutan. Upah yang didapat juga tak cukup untuk memenuhi gizi anaknya yang menderita kelainan kelamin ganda.

Fitriyah bahkan terlihat tak selincah anak pada umumnya. Ia bersama kakak perempuannya yang berusia 12 tahun hanya bisa bermain di rumah petak seluas 3x3 meter.

Surahman kini hanya bisa menanti kepedulian orang-orang baik untuk membantu agar Fitriyah mendapatkan asupan makanan bergizi.

"Sekarang ini lagi nggak kerja, (kerja) bangunan kadang ya kerja kalau ada, kalau nggak ada ya nggak kerja. Kalau bangunan sehari paling dapat Rp 100 ribu," kata Surahman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.