Sukses

Benarkah Lokasi Mistis Film KKN di Desa Penari Ada di Rowo Bayu?

Secara spesifik masyarakat berasumsi bahwa lokasi itu berada di situs keramat yang terletak di lereng kaki Gunung Raung yakni Rowo Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon.

Liputan6.com, Banyuwangi - Selepas rilis Film KKN Desa Penari, Banyuwangi ramai diperbincangkan. Film yang mengadopsi dari cuitan akun anonim Twitter @Simpleman pada 2019 itu memang menghebohkan jagat media sosial.

Berdasarkan keterangannya, kisah mistis yang dialami sekelompok mahasiswa KKN itu berdasarkan kisah nyata. Cerita kronologinya pun begitu detail. Namun perihal nama tokoh dan daerah sengaja dirahasiakan.

Asumsi masyarakat mengenai lokasi desa mistis itu pun bermunculan. Salah satu daerah yang dikaitkan adalah Kabupaten Banyuwangi.

Secara spesifik masyarakat berasumsi bahwa lokasi itu berada di situs keramat yang terletak di lereng kaki Gunung Raung yakni Rowo Bayu, Desa Bayu, Kecamatan Songgon.

Benarkah lokasi desa mistis itu berada di situs Rowo Bayu?

Penelusuran Liputan6.com ke situs Rowo Bayu menemukan opini masyarakat tentang KKN Desa Penari. Warga menyebut alur cerita dalam film memiliki kemiripan dengan KKN di Desa Bayu pada 2009.

Kepala Desa Bayu Sugito mengatakan, pada 2009 silam ada 11 mahasiswa dari salah satu Universitas asal Surabaya yang KKN di desa setempat.

"Tahun 2009 itu ada 11 orang entah dari kampus mana tapi informasinya dari Surabaya. Saat itu Kepala Desa PJ Pak Satrio datanya ada tapi kayak kenang-kenangan KKN seperti itu yang sudah tidak ada," kata Sugito, Kamis (19/5/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lakukan Observasi di Situs Rowo Bayu

Cerita yang nyaris sama dengan alur cerita film terjadi pada 7 hari masa KKN. Saat 11 mahasiswa tengah observasi di situs Rowo Bayu.

Saat observasi tersebut ada dua mahasiswa keluar dari rombongan. Mereka memasuki kawasan hutan di lereng gunung Raung.

Usut punya usut mahasiswa berbeda jenis kelamin itu masuk ke kampung Ndarungan. Kampung itu dihuni oleh para pekerja perkebunan. Namun sejak tahun 2000 kampung tersebut sudah tidak berpenghuni alias jadi kampung mati.

"Informasi yang kami tangkap, dua mahasiswa itu singgah ke kampung tersebut. Informasinya juga mereka melakukan hubungan terlarang di tempat itu," ujarnya.

Namun dari cerita yang dia terima, sepenglihatan dua mahasiswa tersebut kampung nampak ramai. Mereka mengaku ditawari singgah oleh warga perkampungan. Mereka melihat banyak tari-tarian, disuguhi banyak makanan bahkan juga diberi bingkisan.

Setelahnya keduanya kembali ke Rowo Bayu dimana rekan-rekannya melakukan observasi. Keduanya menceritakan kondisi yang ada di perkampungan tersebut.

Sontak rekan korban pun terkaget dan tidak mempercayai perkataan keduanya. Untuk membuktikan, dua mahasiswa itu membuka bingkisan yang didapatnya dari warga kampung.

"Yang dilihat keduanya itu kemungkinan terjadi di alam gaib. Setibanya mereka sampai di Rowo Bayu dibukalah bingkisan tersebut yang ternyata isinya kepala kera," kata dia.

Karena kaget, keduanya lantas pingsan. Oleh teman-temannya kedua anak muda ini dibawa ke kantor desa lalu juga dicarikan seorang dukun. Selama tiga hari mereka tidak kunjung sadarkan diri lantas mereka dibawa pulang ke Surabaya.

"Informasi yang kami terima selisih tiga bulan keduanya meninggal," tandasnya.

Namun ia tidak berani memastikan, apakah benar Desa Penari itu berada di sekitar Rowo Bayu.

"Kalau mau tau pastinya seperti apa ya harus mencari sumber terdekatnya yaitu teman-teman KKN nya itu," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Rowo Bayu Situs Bersejarah

Terlepas dari viralnya film KKN Desa Penari, Rowo Bayu sendiri merupakan situs bersejarah yang dikeramatkan oleh warga setempat.

Dulunya Rowo Bayu juga menjadi saksi peperangan besar antara kerjaan Blambangan melawan kolonial yang disebut Puputan Bayu. Terdapat candi dan banyak mata air di tempat tersebut konon pada malam-malam tertentu tempat tersebut juga digunakan mandi oleh makhluk tak kasat mata.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.