Sukses

Sambut HUT ke-77 RI, Pemuda Buddha Ajak Milenial Lintas Agama Cegah Radikalisme

Young Buddhist Association mengajak generasi muda atau milenial lintas agama bersama-sama menangkal bahaya radikalisme dan ekstremisme.

Liputan6.com, Surabaya - Young Buddhist Association mengajak generasi muda atau milenial lintas agama bersama-sama menangkal bahaya radikalisme dan ekstremisme. Forum dialog yang digelar secara daring dari Surabaya itu sekaligus untuk menyambut datangnya HUT ke-77 Republik Indonesia (RI).

Koordinator acara dari Young Buddhist Association Indonesia Billy Lukito Joeswanto mengatakan, acara ini memiliki fungsi bertukar pikiran dari dua bangsa serumpun, dari muslim dan buddhis dalam menangkal ekstremisme dan radikalisme yang dimana menjadi krisis di kehidupan sosial saat ini.

"Radikalisme dan ekstremisme bisa dihambat perkembangannya dengan orang baik dan yang toleran, mulai bersama komunitasnya beraksi," ujarnya, Minggu (7/8/2022).

"Apabila kita diam dan acuh tak acuh dalam melihat situasi krisis itu, maka oknum radikal dan ekstrem pemenangnya. Young Buddhist Association berjalan sesuai visi misi ajaran buddha dhamma tidak membiarkan hal itu terjadi," tambah Billy.

Salah satu pembicara di forum dialog ini yang merupakan aktivis kemanusiaan, aktivis Islam, serta pegiat dialog lintas agama dan budaya, Wawan Gunawan menyatakan, radikalisme muncul dari bagaimana seseorang menempuh kehidupan keagamaan.

"Hal ini merupakan gejala yang terjadi di beberapa lapisan kehidupan dari sosial, individu serta dari sisi keagamaan dan politik. Pada dunia media sosial sekarang ini sangat dibutuhkan beberapa filter, dari diri sendiri, sosial, dan politik," ucapnya.

"Kebijakan pemerintah dalam dunia agama akan menjadi peran penting dalam mewujudkan masyarakat yang toleran dan dapat menghadapi radikalisme," imbuh Wawan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Toleransi

Toleransi yang dijalani oleh masyarakat Indonesia dan Malaysia bukan hanya sikap menghormati adanya perbedaan, tetapi juga berfungsi untuk menegaskan perbedaan yang dibutuhkan untuk memunculkan kerja sama dalam perbedaan, dan saling mendorong dalam hal yang positif dalam perbedaan.

"Sebagaimana fungsi Pancasila di Indonesia yang dihidupi oleh semua agama. Dia bukan agama, tetapi mengakomodasi semua agama dan menjadi titik temu. Penting bagi kita sebagai masyarakat untuk sadar kembali tentang pancasila dan bhineka tunggal ika," ujar Wawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.