Sukses

Situs Batu Labeng Bondowoso, Penyepen yang Jadi Alat Batu Petani di Musim Taman

Salah satunya adalah Situs Batu Labeng di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin. Konon batu berukuran raksasa itu dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk memantau masa tanam.

Liputan6.com, Bondowoso - Bondowoso mempunyai sejumlah situs peninggalan sejarah yang hingga saat ini masih dijaga dan dirawat dengan baik oleh masyarakat sekitar.

Salah satunya adalah Situs Batu Labeng di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin. Konon batu berukuran raksasa itu dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk memantau masa tanam.

Situs Batu Labeng memiliki tinggi 7,5meter dan lebar 4,5 meter, dan terdiri dari dua tingkat. Bagian bawahnya langsung menyentuh tanah, dan di atasnya terdapat dua batu yang juga cukup besar.

Menariknya terdapat rongga atau lubang yang dibuat antara dua batu tersebut. Meski tanpa tiang penyangga, batu tersebut tetap kokoh berdiri.  Lubang batu tersebut membuat masyarakat setempat menamainya Batu Labeng. Jika diartikan dalam Bahasa Madura, Bahasa keseharian masyarakat Bondowoso artinya batu pintu.

Lokasinya yang berada di atas bukit membuat para pengunjung dapat menikmati pemandangan lainya seperti laut selat Madura di sisi utara. Di sisi timur dan selatan di suguhi panorama pegunungan yang cukup eksotis.

Untuk mencapai lokasi batu labeng, perjalanan yang dibutuhkan dari pusat kota Bondowoso sekitar 30 menit saja. Jalanya menuju Situs Batu labeng juga tergolong sangat mudah dan bagus, sebab hanya berjarak 300 meter dari jalan Provinsi Bondowoso- Besuki Situbondo.

Akan tetapi bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat untuk mencapai situs Batu Labeng itu harus terlebih dahulu memutar, mengingat akses jalanya masih cukup sempit dan hanya bisa dilewati  kendaraan roda dua.

Salah seorang pengunjung Bahrian, warga Bondowoso mengaku, memilih berkunjung ke Situs Batu Labeng, selain ingin menikmati indahnya pemandangan sekitar juga ingin tahu lebih dekat situs yang cukup terkenal di wilayah Bondowoso ini.

“Menurut saya batu ini sangat unik ya, coba kita bayangkan batu sebesar ini bagaiman cara menyusunya seperti ini. Makanya tidak heran batu ini sangat dikeramatkan oleh masyarakat,”ujar Bahrian, Kamis (22/9/2022)

Dia berharap, kedepanya akses jalan menuju situs Batu Lebang ini diperbaiki lagi, sehingga bisa lebih banyak menarik wisatawan yang berkunjung.

"Di Batu Labeng ini, kendalanya jalanya yang masih sempit, mudah-mudahan kedepanya bisa diperlebar lagi,”tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sudah Ada Ratusan Tahun Lalu

Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata, Kebudayaan , Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Bondowoso Gede Budiawan mengatakan, Batu Labeng  ini sudah ada sejak puluhan hingga ratusan tahun yang lalu. Biasanya masyarakat menggunakan batu itu sebagai penanda musim tanam.

“Kalau sinar matahari masuk dari lubang di tengah dan sampai titik tertentu, berarti itu menandakan musim tanam dimulai,”paparnya.

Selain itu, kata Gede, tempat tersebut pada zaman dahulu juga digunakan untuk tempat menyepi. Masyarakat sekitarmenyebutnya penyepen. Karena memang tempatnya berada di ketinggian dan ditambah dengan suasana alam menjadi tenang.

“Jika ke situs Batu Labeng ini orang akan betah. Karena suasanaya yang tenang. Makanya kalua orang dulu mengatakan, jika ingin mencari ketenangan  ingin dekat dengan tuhan  ya di  Batu labeng itu,”kata Gede.

Gede berharap masyarakat atau pengunjung, tetap bisa menjaga bersama-sama situs peninggalan nenek moyang ini. Sehingga generasi penerus kedepanya masih tetap bisa menemui situs tersebut.

“Saya harap jangan ada vandalisme di situs Batu Labeng dan situs lainya di Bondowoso ini, biar tetap terjaga hingga kedepanya,”pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.