Sukses

Cerita Aremania ASN Batu Lolos dari Gas Air Mata dan Pentungan Petugas Saat Tragedi Kanjuruhan

Berada di tribun selatan, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemkot Batu ini tidak menyangka akan ada tragedi yang merenggu 125 korban jiwa.

Liputan6.com, Malang - Dadang Indarto, salah seorang suporter Arema atau Aremania yang jadi saksi mata tragedi Kanjuruhan mengisahkan cerita pilu yang terjadi saat itu.

Berada di tribun selatan, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemkot Batu ini tidak menyangka akan ada tragedi yang merenggu 125 korban jiwa.

"Saya datang bersama seorang teman dari Lampung untuk menonton pertandingan besar tersebut. Teman saya jauh-jauh dari Lampung ingin lihat Arema. Ternyata berakhir dengan duka,” ucapnya, Senin (3/10/2022).

Begitu gas air mata menyasar ke tribun, Dadang dan rekannya tengkurap melepas kaos digunakan menutup wajah. Ia bisa selamat dari petaka itu, lalu berusaha menerobos menyelamatkan diri. Tak hanya lolos dari asap gas, tapi juga dari pentungan petugas.

Ia keluar lewat akses tribun VVIP, di sana sudah melihat banyak korban. Ia ikut membantu menyelamatkan korban, setelah itu lari ke petugas kepolisian untuk meminta bantuan. Ada personel yang sempat menolong, tapi kabur begitu diserang suporter yang sudah marah.

"Semula saya sangka empat jenasah, tiga perempuan dan seorang anggota polisi. Setelah saya lihat di dalam musala, ternyata berjajar banyak jenasah,” ucap Dadang.

Suasana itu menjadi sebuah kisah duka yang sulit dilupakan. Dadang menyesalkan panitia pelaksana dan manajemen Arema terkait kesiapan dalam pertandingan besar melawan rival bebuyutan Persebaya Surabaya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Banyak Pintu Ditutup

Ia melihat tenaga medis sangat minim, banyak pintu ditutup tak kunjung dibuka meski pertandingan telah berakhir. Jalur evakuasi pun sama sekali tak disiapkan. Padahal di Stadion Kanjuruhan pernah terjadi peristiwa serupa, rusuh saat lawan Persib Bandung pada 2018 silam.

“Ketika itu tidak ada korban jiwa. Tapi panpel pertandingan seperti tak belajar dari pengalaman itu. Kami berharap peristiwa ini diusut sampai tuntas demi keadilan,” ucap Dadang.

Peristiwa 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan itu jadi kisah pilu bagi banyak orang yang hadir saat itu. Tragedi kelam, menancap kuat di memori mereka. Para suporter berharap peristiwa itu diusut tuntas dan keadilan ditegakkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.