Sukses

Komite Digital Jatim: Literasi Bersosmed Minim, Komentar Tidak Santun

Arif yang juga Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim itu mengatakan, dengan rendahnya literasi masyarakat tersebut, maka menjadi rentan terjadinya kriminal berbasis digital.

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Komite Komunikasi Digital Jawa Timur (KKD Jatim) Arif Rahman mengungkapkan, sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Hanya saja, hal itu tidak dibarengi dengan literasi.

"Makanya kalau komentar nggak ada etika, nggak santun. Kemudian apa yang dituliskan banyak yang bikin nggak nyaman. Secara logika berpikir juga nggak masuk karena rendah sekali literasinya," ujarnya pada Focus Group Discussion (FGD) Kajian Transformasi Digital pada Fasilitas Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) di Wilayah 3T' di Surabaya, Rabu (2/11/2022).

Arif yang juga Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jatim itu mengatakan, dengan rendahnya literasi masyarakat tersebut, maka menjadi rentan terjadinya kriminal berbasis digital.

"Literasinya rendah, informasi yang beredar juga sangat banyak, maka rawan menimbulkan kriminal berbasis digital," ucapnya.

Direktur Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Surabaya Suko Widodo menambahkan, FGD ini dalam rangka melakukan riset dan kajian transformasi digital pada fasilitas infrastruktur TIK BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di wilayah Tertinggal. Terdepan. dan Terluar (3T).

"Diskusi ini membahas wilayah 3T. Diadakan dua seri, di Sorong, Papua Barat dan Surabaya. Kami ingin mendapatkan gambaran dari daerah lain dan mendapatkan rekomendasi atau usulan," ujarnya.

Koordinator Gerakan #BijakBersosmed Enda Nasution menegaskan pentingnya literasi digital untuk penggunaan media sosial ketika menanggapi krisis kesantunan warganet di media sosial.

"Harus ada program-program yang lebih sistematis dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang literasi digital tentang bijak bersosial media dan tentang dampak dari penggunaan media sosial yang kebablasan," ujar Enda Nasution.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Krisis Kesantunan

Aktivis media sosial ini melanjutkan, krisis kesantunan sesungguhnya sudah bukan hal baru bagi dunia media sosial dalam negeri, sehingga dirinya menganggap justru fenomena ini akan terus melekat dan menjadi bagian dari dinamika media sosial.

"Ini memang sesuatu yang tidak akan hilang dari kehidupan kita selamanya. Hal ini sama seperti kehidupan nyata, akan selalu ada peristiwa-peristiwa atau insiden-insiden yang memperlihatkan adanya kekerasan verbal atau kekerasan fisik," tutur Enda.

Namun demikian, hal tersebut tidak boleh semata-mata membuat seluruh pihak menutup mata bahwa fenomena tersebut memang berbahaya dan perlu diawasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.